Kamis, 21 Januari 2010

Memahami Makna Bid'ah

Saudaraku yang semoga kita selalu mendapatkan taufik Allah, seringkali kita mendengar kata bid’ah, baik dalam ceramah maupun dalam untaian hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, tidak sedikit di antara kita belum memahami dengan jelas apa yang dimaksud dengan bid’ah sehingga seringkali salah memahami hal ini. Bahkan perkara yang sebenarnya bukan bid’ah kadang dinyatakan bid’ah atau sebaliknya. Tulisan ini -insya Allah- akan sedikit membahas permasalahan bid’ah dengan tujuan agar kaum muslimin bisa lebih mengenalnya sehingga dapat mengetahui hakikat sebenarnya. Sekaligus pula tulisan ini akan sedikit menjawab berbagai kerancuan tentang bid’ah yang timbul beberapa saat yang lalu di website kita tercinta ini. Sengaja kami membagi tulisan ini menjadi empat bagian. Kami harapkan pembaca dapat membaca tulisan ini secara sempurna agar tidak muncul keraguan dan salah paham. Semoga kita selalu mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

AGAMA ISLAM TELAH SEMPURNA
Saudaraku, perlu kita ketahui bersama bahwa berdasarkan kesepakatan kaum muslimin, agama Islam ini telah sempurna sehingga tidak perlu adanya penambahan atau pengurangan dari ajaran Islam yang telah ada.

Marilah kita renungkan hal ini pada firman Allah Ta’ala,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al Ma’idah [5] : 3)

Seorang ahli tafsir terkemuka –Ibnu Katsir rahimahullah- berkata tentang ayat ini, “Inilah nikmat Allah ‘azza wa jalla yang tebesar bagi umat ini di mana Allah telah menyempurnakan agama mereka, sehingga mereka pun tidak lagi membutuhkan agama lain selain agama ini, juga tidak membutuhkan nabi lain selain nabi mereka Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah menjadikan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penutup para nabi, dan mengutusnya kepada kalangan jin dan manusia. Maka perkara yang halal adalah yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam halalkan dan perkara yang haram adalah yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam haramkan.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, pada tafsir surat Al Ma’idah ayat 3)

SYARAT DITERIMANYA AMAL
Saudaraku –yang semoga dirahmati Allah-, seseorang yang hendak beramal hendaklah mengetahui bahwa amalannya bisa diterima oleh Allah jika memenuhi dua syarat diterimanya amal. Kedua syarat ini telah disebutkan sekaligus dalam sebuah ayat,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan Rabbnya dengan sesuatu pun.” (QS. Al Kahfi [18] : 110)

Ibnu Katsir mengatakan mengenai ayat ini, “Inilah dua rukun diterimanya amal yaitu:
[1] ikhlas kepada Allah dan
[2] mencocoki ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hadits ini adalah hadits yang sangat agung mengenai pokok Islam. Hadits ini merupakan timbangan amalan zhohir (lahir). Sebagaimana hadits innamal a’malu bin niyat [sesungguhnya amal tergantung dari niatnya] merupakan timbangan amalan batin. Apabila suatu amalan diniatkan bukan untuk mengharap wajah Allah, pelakunya tidak akan mendapatkan ganjaran. Begitu pula setiap amalan yang bukan ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka amalan tersebut tertolak. Segala sesuatu yang diada-adakan dalam agama yang tidak ada izin dari Allah dan Rasul-Nya, maka perkara tersebut bukanlah agama sama sekali.” (Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 77, Darul Hadits Al Qohiroh)

Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Secara tekstual (mantuq), hadits ini menunjukkan bahwa setiap amal yang tidak ada tuntunan dari syari’at maka amalan tersebut tertolak. Secara inplisit (mafhum), hadits ini menunjukkan bahwa setiap amal yang ada tuntunan dari syari’at maka amalan tersebut tidak tertolak. …Jika suatu amalan keluar dari koriodor syari’at, maka amalan tersebut tertolak.
Dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘yang bukan ajaran kami’ mengisyaratkan bahwa setiap amal yang dilakukan hendaknya berada dalam koridor syari’at. Oleh karena itu, syari’atlah yang nantinya menjadi hakim bagi setiap amalan apakah amalan tersebut diperintahkan atau dilarang. Jadi, apabila seseorang melakukan suatu amalan yang masih berada dalam koridor syari’at dan mencocokinya, amalan tersebutlah yang diterima. Sebaliknya, apabila seseorang melakukan suatu amalan keluar dari ketentuan syari’at, maka amalan tersebut tertolak. (Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 77-78)

Jadi, ingatlah wahai saudaraku. Sebuah amalan dapat diterima jika memenuhi dua syarat ini yaitu harus ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika salah satu dari dua syarat ini tidak ada, maka amalan tersebut tertolak.

PENGERTIAN BID’AH

A. Definisi Secara Bahasa
Bid’ah secara bahasa berarti membuat sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya. (Lihat Al Mu’jam Al Wasith, 1/91, Majma’ Al Lugoh Al ‘Arobiyah-Asy Syamilah)

Hal ini sebagaimana dapat dilihat dalam firman Allah Ta’ala,

بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

“Allah Pencipta langit dan bumi.” (QS. Al Baqarah [2] : 117, Al An’am [6] : 101),
maksudnya adalah mencipta (membuat) tanpa ada contoh sebelumnya.

Juga firman-Nya,

قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ

“Katakanlah: ‘Aku bukanlah yang membuat bid’ah di antara rasul-rasul’.” (QS. Al Ahqaf [46] : 9) , maksudnya aku bukanlah Rasul pertama yang diutus ke dunia ini. (Lihat Lisanul ‘Arob, 8/6, Barnamej Al Muhadits Al Majaniy-Asy Syamilah)

B. Definisi Secara Istilah
Definisi bid’ah secara istilah yang paling bagus adalah definisi yang dikemukakan oleh Al Imam Asy Syatibi dalam Al I’tishom. Beliau mengatakan bahwa bid’ah adalah:

عِبَارَةٌ عَنْ طَرِيْقَةٍ فِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا المُبَالَغَةُ فِي التَّعَبُدِ للهِ سُبْحَانَهُ

Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat (tanpa ada dalil, pen) yang menyerupai syari’at (ajaran Islam), yang dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.

Definisi di atas adalah untuk definisi bid’ah yang khusus ibadah dan tidak termasuk di dalamnya adat (tradisi).

Adapun yang memasukkan adat (tradisi) dalam makna bid’ah, mereka mendefinisikan bahwa bid’ah adalah

طَرِيْقَةٌ فِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا مَا يُقْصَدُ بِالطَّرِيْقَةِ الشَّرْعِيَّةِ

Suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat (tanpa ada dalil, pen) dan menyerupai syari’at (ajaran Islam), yang dimaksudkan ketika melakukan (adat tersebut) adalah sebagaimana niat ketika menjalani syari’at (yaitu untuk mendekatkan diri pada Allah). (Al I’tishom, 1/26, Asy Syamilah)

Definisi yang tidak kalah bagusnya adalah dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau rahimahullah mengatakan,

وَالْبِدْعَةُ : مَا خَالَفَتْ الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ أَوْ إجْمَاعَ سَلَفِ الْأُمَّةِ مِنْ الِاعْتِقَادَاتِ وَالْعِبَادَاتِ

“Bid’ah adalah i’tiqod (keyakinan) dan ibadah yang menyelishi Al Kitab dan As Sunnah atau ijma’ (kesepakatan) salaf.” (Majmu’ Al Fatawa, 18/346, Asy Syamilah)

Ringkasnya pengertian bid’ah secara istilah adalah suatu hal yang baru dalam masalah agama setelah agama tersebut sempurna. (Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Al Fairuz Abadiy dalam Basho’iru Dzawit Tamyiz, 2/231, yang dinukil dari Ilmu Ushul Bida’, hal. 26, Dar Ar Royah)

Sebenarnya terjadi perselisihan dalam definisi bid’ah secara istilah. Ada yang memakai definisi bid’ah sebagai lawan dari sunnah (ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), sebagaimana yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Asy Syatibi, Ibnu Hajar Al Atsqolani, Ibnu Hajar Al Haitami, Ibnu Rojab Al Hambali dan Az Zarkasi. Sedangkan pendapat kedua mendefinisikan bid’ah secara umum, mencakup segala sesuatu yang diada-adakan setelah masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam baik yang terpuji dan tercela. Pendapat kedua ini dipilih oleh Imam Asy Syafi’i, Al ‘Izz bin Abdus Salam, Al Ghozali, Al Qorofi dan Ibnul Atsir. Pendapat yang lebih kuat dari dua kubu ini adalah pendapat pertama karena itulah yang mendekati kebenaran berdasarkan keumuman dalil yang melarang bid’ah. Dan penjelasan ini akan lebih diperjelas dalam penjelasan selanjutnya. (Lihat argumen masing-masing pihak dalam Al Bida’ Al Hawliyah, Abdullah At Tuwaijiri, www.islamspirit.com)

Inilah sedikit muqodimah mengenai definisi bid’ah dan berikut kita akan menyimak beberapa kerancuan seputar bid’ah. Pada awalnya kita akan melewati pembahasan ‘apakah setiap bid’ah itu sesat?’. Semoga kita selalu mendapat taufik Allah.

***

Disusun oleh : Muhammad Abduh Tuasikal, S.T.
Dimuroja’ah oleh : Ustadz Aris Munandar
Artikel www.muslim.or.id

Tata Cara Wudhu

A.Pengertian Wudhu
Wudhu adalah kegiatan bersuci untuk menghilangkan hadas kecil dengan menggunakan air bersih. Anggota badan yang disucikan adalah wajah, kedua tangan kepala (rambut)dan kedua kaki,[1] dengan cara yang ditentukan.

B.Tata Cara Wudhu
Seluruh umat Islam sepakat bahwa Wudhu disyari’atkan dalam Islam, sejak masa Rasulullah saw, hingga sekarang. Karena itu wudhu adalah hal penting yang tak terpisahkan dari agama. Adapun tata cara berwudhu yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, sebagai berikut:

1. Membaca Basmalah[2].

"Bismillaahir-rahmaanir-rahiim"
(Atas nama Allah, Maha Pemurah, Maha Pengasih)

2. Mengikhlaskan niat karena Allah[3]. Niat adalah murni pekerjaan hati, maka tidak perlu diucapkan, karena mengucapkan niat tidak disyari’atkan dalam agama[4].

3. Membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali.[5]

4. Kemudian berkumurlah, sambil menghirup air ke hidung kemudian menyemburkannya kembali sebanyak tiga kali.[6]

5. Membasuh wajah,[7] sebanyak tiga kali dengan mengusap kedua sudut mata.[8] Bagi yang berjenggot dituntun untuk menyela-nyelainya.[9]

6. Membasuh kedua tangan hingga sikut,[10] dimulai dari kanan dan digosok sebanyak tiga kali.[11]

7. Mengusap Kepala[12] dari permulaan kepala dengan menjalankan kedua tangan sampai tengkuk di bagian belakang lalu mengem-balikannya lagi kemuka.[13]

8. Kemudian mengusap telinga, dengan memasukkan jari telunjuk kedalam dua lubang telinga dan dua ibu jari mengusap punggung kedua telinganya. Mengusap telinga dilakukan langsung setelah mengusap kepala, cukup sekali saja.[14]

9. Basulah kedua kakimu beserta kedua mata kaki[15] dengan menggosoknya sampai ketumit[16] dan sela-sela jari sebanyak tiga kali.[17]

10. Setelah itu ditutup dengan membaca do’a:

“Asyhadu allaa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna Muhammadan abduhuu wa rasuuluh”.

Artinya:
(Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang haq kecuali Allah, dan tiada sekutu bagiNya. Saya bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya).


Landasan Dalil:

[1] Qs. al-Ma’idah [5] : 6

[2] HR. al-Nasa’i; sunan (Thaharah: 77) dan Ibn Khudzaimah, dari Anas ra. Hadits ini memiliki banyak jalur sehingga saling menguatkan satu sama lainnya dan dapat dipakai sebagai hujah.

[3] HR. al-Bukhari dalam kitab Shahih al-Bukhari di tujuh tempat (Bad'u al-Wahy, 1; al-Iman, 52; al-'Itq, 2344; al-Manaqib, 3609; al-Aiman wa al-Nudzur, 6195; al-Hiyal, 6439; an-Nikah, 6482), Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim di 2 tempat (al-Imarah, 3530; Fadha-il al-jiha-d, 1571), An-Nasaiy dalam kitab Sunan an-Nasaiy di 3 tempat (ath-Thaharah, 74; Thalaq, 3383; al-Aiman wa an-Nudzur, 3734), Abu Dawud dalam kitab Sunannya (ath-Thalaq, 1882), Ibn Majah dalam kitab Sunannya (Zuhd, 4217), dan Ahmad ibn Hanbal (Musnad Ahmad, 163 dan 283). Hadits ini berkualitas shahih lidzatihi dan dapat dipergunakan sebagai hujjah.

Rabu, 20 Januari 2010

Tips Belajar Efektif


Oleh: Zakir Hubulo


Langkah-langkah belajar efektif
Terlebih dahulu anda harus mengetahui tentang:
* diri sendiri
* kemampuan belajar anda
* proces yang berhasil anda gunakan, dan dibutuhkan
* minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran anda inginkan

Anda mungkin belajar fisika dengan mudah tetapi tidak bisa belajar tenis, atau sebaliknya. Belajar apapun, adalah proces untuk mencapai tahap-tahap tertentu.

Empat langkah untuk belajar :
1. Mulai dengan cetak halaman ini dan jawab pertanyan-pertanyaannya.
2. Lalu rencanakan strategi anda dari jawaban-jawabanmu, dan dengan "Pedoman Belajar" yang lain.
3. Mulai dengan masa lalu
4. Apakah pengalaman anda tentang cara belajar? Apakah anda

What was your experience about how you learn? Did you...
* Senang membaca? memecahkan masalah? menghafalkan? bercerita?
menterjemah? berpidato?
* Mengetahui cara mengringkas?
* Tanya dirimu sendiri tentang apa yang kamu pelajari?
* Meninjau kembali?
* Punya akses ke informasi dari banyak sumber?
* Menyukai ketenangan atau kelompok belajar?
* Memerlukan beberapa waktu belajar singkat atau satu yang panjang?

Apa kebiasaan belajar anda? Bagaimana tersusunnya? Yang mana terbaik? terburuk?

Bagaimana anda berkomunikasi dengan apa yang anda ketahui belajar paling baik? Melalui ujian tertulis, naskah, atau wawancara?

Teruskan ke masa sekarang...
Berminatkah anda ?
Berapa banyak waktu saya ingin gunakan untuk belajar ?
Apa yang bersaing dengan perhatian saya ?
Apakah keadaannya benar untuk meraih sukses?
Apa yang bisa saya kontrol, dan apa yang di luar kontrol saya ?
Bisakah saya merubah kondisi ini menjadi sukses ?
Apa yang mempengaruhi pembaktian anda terhadap pelajaran ini ?
Apakah saya punya rencana? Apakah rencanaku mempertimbangkan pengalaman dan gaya belajar anda ?
Pertimbangkan proses, persoalan utama.
Apa judulnya ?
Apa kunci kata yang menyolok ?
Apakah saya mengerti ?
Apakah yang telah saya ketahui ?
Apakah saya mengetahui pelajaran sejenis lainnya ?

Sumber-sumber dan informasi yang mana bisa membantu saya ?
Apakah saya mengandalkan satu sumber saja (contoh, buku) ?
Apakah saya perlu mencari sumber-sumber yang lain ?

Sewaktu saya belajar, apakah saya tanya diri sendiri jika saya mengerti ?
Sebaiknya saya mempercepat atau memperlambat ?
Jika saya tidak mengerti, apakah saya tanya kenapa ?

Apakah saya berhenti dan meringkas ?
Apakah saya berhenti dan bertanya jika ini logis ?
Apakah saya berhenti dan mengevaluasi (setuju/tidak setuju) ?

Apakah saya membutuhkan waktu untuk berpikir dan kembali lagi ?
Apakah saya perlu mendiskusi dengan "pelajar-pelajar" lain untuk proces informasin lebih lanjut ?
Apakah saya perlu mencari "para ahli", guruku atau pustakawan atau ahliawan ?

Buat review :
Apakah kerjaan saya benar ?
Apakah bisa saya kerjakan lebih baik ?
Apakah rencana saya serupa dengan "diri sendiri" ?
Apakah saya memilih kondisi yang benar?
Apakah saya meneruskannya; apakah saya disipline pada diri sendiri?
Apakah anda sukses?
Apakah anda merayakan kesuksesan anda?

Pertanyaan - pertanyaan di atas penulis ambil dari "metacognition", istilah yang diciptakan oleh Flavell (1976), dan disampaikan oleh banyak orang. Sumber-sumber tambahan telah dikembangkan oleh SNOW (Special Needs Opportunity Windows), suatu project yang menargetkan pada pendidik-pendidik bantuan.


Semoga Bermanfaat bagi kita semua........
Info : www.mayaspib.blogspot.com

Tips Belajar Efektif


Oleh: Zakir Hubulo


Langkah-langkah belajar efektif
Terlebih dahulu anda harus mengetahui tentang:
* diri sendiri
* kemampuan belajar anda
* proces yang berhasil anda gunakan, dan dibutuhkan
* minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran anda inginkan

Anda mungkin belajar fisika dengan mudah tetapi tidak bisa belajar tenis, atau sebaliknya. Belajar apapun, adalah proces untuk mencapai tahap-tahap tertentu.

Empat langkah untuk belajar :
1. Mulai dengan cetak halaman ini dan jawab pertanyan-pertanyaannya.
2. Lalu rencanakan strategi anda dari jawaban-jawabanmu, dan dengan "Pedoman Belajar" yang lain.
3. Mulai dengan masa lalu
4. Apakah pengalaman anda tentang cara belajar? Apakah anda

What was your experience about how you learn? Did you...
* Senang membaca? memecahkan masalah? menghafalkan? bercerita?
menterjemah? berpidato?
* Mengetahui cara mengringkas?
* Tanya dirimu sendiri tentang apa yang kamu pelajari?
* Meninjau kembali?
* Punya akses ke informasi dari banyak sumber?
* Menyukai ketenangan atau kelompok belajar?
* Memerlukan beberapa waktu belajar singkat atau satu yang panjang?

Apa kebiasaan belajar anda? Bagaimana tersusunnya? Yang mana terbaik? terburuk?

Bagaimana anda berkomunikasi dengan apa yang anda ketahui belajar paling baik? Melalui ujian tertulis, naskah, atau wawancara?

Teruskan ke masa sekarang...
Berminatkah anda ?
Berapa banyak waktu saya ingin gunakan untuk belajar ?
Apa yang bersaing dengan perhatian saya ?
Apakah keadaannya benar untuk meraih sukses?
Apa yang bisa saya kontrol, dan apa yang di luar kontrol saya ?
Bisakah saya merubah kondisi ini menjadi sukses ?
Apa yang mempengaruhi pembaktian anda terhadap pelajaran ini ?
Apakah saya punya rencana? Apakah rencanaku mempertimbangkan pengalaman dan gaya belajar anda ?
Pertimbangkan proses, persoalan utama.
Apa judulnya ?
Apa kunci kata yang menyolok ?
Apakah saya mengerti ?
Apakah yang telah saya ketahui ?
Apakah saya mengetahui pelajaran sejenis lainnya ?

Sumber-sumber dan informasi yang mana bisa membantu saya ?
Apakah saya mengandalkan satu sumber saja (contoh, buku) ?
Apakah saya perlu mencari sumber-sumber yang lain ?

Sewaktu saya belajar, apakah saya tanya diri sendiri jika saya mengerti ?
Sebaiknya saya mempercepat atau memperlambat ?
Jika saya tidak mengerti, apakah saya tanya kenapa ?

Apakah saya berhenti dan meringkas ?
Apakah saya berhenti dan bertanya jika ini logis ?
Apakah saya berhenti dan mengevaluasi (setuju/tidak setuju) ?

Apakah saya membutuhkan waktu untuk berpikir dan kembali lagi ?
Apakah saya perlu mendiskusi dengan "pelajar-pelajar" lain untuk proces informasin lebih lanjut ?
Apakah saya perlu mencari "para ahli", guruku atau pustakawan atau ahliawan ?

Buat review :
Apakah kerjaan saya benar ?
Apakah bisa saya kerjakan lebih baik ?
Apakah rencana saya serupa dengan "diri sendiri" ?
Apakah saya memilih kondisi yang benar?
Apakah saya meneruskannya; apakah saya disipline pada diri sendiri?
Apakah anda sukses?
Apakah anda merayakan kesuksesan anda?

Pertanyaan - pertanyaan di atas penulis ambil dari "metacognition", istilah yang diciptakan oleh Flavell (1976), dan disampaikan oleh banyak orang. Sumber-sumber tambahan telah dikembangkan oleh SNOW (Special Needs Opportunity Windows), suatu project yang menargetkan pada pendidik-pendidik bantuan.


Semoga Bermanfaat bagi kita semua........
Info : www.mayaspib.blogspot.com

Rabu, 13 Januari 2010

Kekuatan Ikhlas


KEKUATAN jiwa adalah sebuah potensi yang tidak tampak tetapi efeknya luar biasa. Dengan menggunakan kekuatan jiwa, beragam penyakit mulai dari yang ringan hingga berat sebenarnya dapat disembuhkan.

Pada dasarnya setiap manusia bisa menyembuhkan dirinya sendiri, tapi tidak semua orang tahu caranya. Salah satu kunci kekuatan jiwa yang dapat menyembuhkan penyakit adalah perasaan ikhlas. Menurut Reza, rasa ikhlas secara sederhana dapat diartikan dengan perasaan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Reza Gunawan. praktisi dan pengajar penyembuhan holistik, Ikhlas adalah sesuatu yang mungkin hanya dapat digambarkan dengan perasaan seperti ini. Apapun kenyataan hidup, sudah tidak lagi berbenturan dengan keinginan dan hasrat karena kita sudah bisa menerima dengan apa adanya.


Ikhlas itu dapat juga dianalogikan (maaf) seperti "Orang yang sedang membuang kotoran”. Coba kita cermati, Orang yang sedang membuang kotoran tidak pernah menghitung jumlah kotoran yang dia keluarkan, tidak pernah berusaha untuk menahan-nahan kotoran yang akan dikeluarkan itu, tiada penyesalan dan tidak pernah mengharapkan kotoran itu untuk diambil kembali, tidak pernah mengungkit-ungkit kembali tentang kotoran yang sudah dikeluarkan itu, dan tentu saja dia justru akan merasa lega setelah membuang kotoran tersebut bukan malah membuatnya tersiksa.

Ikhlas, dapat menyembuhkan dengan cara menyelaraskan tubuh dan pikiran, selain juga menetralisir pikiran dan perasaan supaya tidak terpendam dan menumpuk dalam hati. Ikhlas merupakan bagian dari konsep sehat secara holistik yakni keselerasan dan keseimbangan antara tiga unsur yakni tubuh (body), pikiran (mind) dan jiwa (mood).

Kalau badan kita sudah muncul keluhan seperti sakit-sakit, itu berarti timbunan dalam pikiran dan jiwa sudah terlalu banyak. Dengan hati yang ikhlas, gelombang dan detak jantung menjadi lebih selaras atau harmonis. Jantung itu pemimpinnya tubuh karena dengan jantung yang selaras maka otak berfungsi maksimal. Kalau jantung atau perasaan kita korslet, otak tidak akan bisa berfungnsi maksimal. Jadi, dengan ikhlas jelas akan membuat tubuh menjadi lebih sehat.

Untuk mencapai dan mewujudkan perasaan ikhlas dalam hati, setiap orang tentu memiliki kemampuan berbeda. Untuk itulah, kita harus membiasakan diri berlatih secara bertahap dan rutin.

Ada tiga langkah yang dapat dilakukan untuk melatih diri supaya ikhlas, yang pertama Sering-seringlah berhenti dan bernafas untuk mengistirahatkan pikiran, ingat bahwa sesuatu tidak ada yang kekal dan belajar untuk menerima atau mengikhlaskan diri dari tahap yang paling mudah.

Tiga Tips Melatih Ikhlas

1. Sering-seringlah berhenti dan bernafas (rileks) untuk mengistirahatkan pikiran. Manusia seringkali sulit mencapai keikhlasan karena pikirannya jalan terus. Dengan latihan ini, kita juga akan bebas dari ketegangan.

2. Selalu ingat bahwa segala sesuatu selalu akan berubah. Seseorang susah ikhlas karena menilai segalanya bersifat kekal, padahal apa yang tidak kita dapatkan sementara ini pada suatu hari nanti akan berubah. Tidak ada yang kekal atau tetap, mungkin situasinya yang berubah atau keinginan kita yang berubah. Jadi apa yang kita sukai atau pun kita tak sukai tentu akan berubah.

3. Start di titik yang paling mudah. Belajarlah untuk mulai menerima hal-hal yang ringan atau gampang dulu. Untuk bisa merasa ikhlas memang tidak mudah dan terpulang kepada pribadi masing-masing. Tetapi mulailah untuk menerima kenyataan yang paling ringan dulu. Dengan begitu, otot ikhlas kita akan terlatih.

Banyak yang dapat di jadikan sarana untuk melatih keikhlasan antara lain sebuah kasus ketika Anda marah karena tak bisa menerima bos di kantor yang tak berlaku adil. Kalau Anda tidak bisa memaafkan orangnya, cobalah untuk memaafkan atau mengikhlaskan dulu perilakunya. Bila ini masih sulit, mulailah untuk mengikhlaskan perasaan kita bahwa kita sedang marah.

“Kalaupun memang tidak bisa juga ikhlas dengan perasaan kita sendiri, minimal ikhlaskan dulu bahwa kita memang belum bisa ikhlas. Jadi, pada tahap paling ringan itulah yang dapat menjadi pintu paling gampang menuju gerbang keikhlasan”.

Kekuatan Ikhlas


KEKUATAN jiwa adalah sebuah potensi yang tidak tampak tetapi efeknya luar biasa. Dengan menggunakan kekuatan jiwa, beragam penyakit mulai dari yang ringan hingga berat sebenarnya dapat disembuhkan.

Pada dasarnya setiap manusia bisa menyembuhkan dirinya sendiri, tapi tidak semua orang tahu caranya. Salah satu kunci kekuatan jiwa yang dapat menyembuhkan penyakit adalah perasaan ikhlas. Menurut Reza, rasa ikhlas secara sederhana dapat diartikan dengan perasaan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Reza Gunawan. praktisi dan pengajar penyembuhan holistik, Ikhlas adalah sesuatu yang mungkin hanya dapat digambarkan dengan perasaan seperti ini. Apapun kenyataan hidup, sudah tidak lagi berbenturan dengan keinginan dan hasrat karena kita sudah bisa menerima dengan apa adanya.


Ikhlas itu dapat juga dianalogikan (maaf) seperti "Orang yang sedang membuang kotoran”. Coba kita cermati, Orang yang sedang membuang kotoran tidak pernah menghitung jumlah kotoran yang dia keluarkan, tidak pernah berusaha untuk menahan-nahan kotoran yang akan dikeluarkan itu, tiada penyesalan dan tidak pernah mengharapkan kotoran itu untuk diambil kembali, tidak pernah mengungkit-ungkit kembali tentang kotoran yang sudah dikeluarkan itu, dan tentu saja dia justru akan merasa lega setelah membuang kotoran tersebut bukan malah membuatnya tersiksa.

Ikhlas, dapat menyembuhkan dengan cara menyelaraskan tubuh dan pikiran, selain juga menetralisir pikiran dan perasaan supaya tidak terpendam dan menumpuk dalam hati. Ikhlas merupakan bagian dari konsep sehat secara holistik yakni keselerasan dan keseimbangan antara tiga unsur yakni tubuh (body), pikiran (mind) dan jiwa (mood).

Kalau badan kita sudah muncul keluhan seperti sakit-sakit, itu berarti timbunan dalam pikiran dan jiwa sudah terlalu banyak. Dengan hati yang ikhlas, gelombang dan detak jantung menjadi lebih selaras atau harmonis. Jantung itu pemimpinnya tubuh karena dengan jantung yang selaras maka otak berfungsi maksimal. Kalau jantung atau perasaan kita korslet, otak tidak akan bisa berfungnsi maksimal. Jadi, dengan ikhlas jelas akan membuat tubuh menjadi lebih sehat.

Untuk mencapai dan mewujudkan perasaan ikhlas dalam hati, setiap orang tentu memiliki kemampuan berbeda. Untuk itulah, kita harus membiasakan diri berlatih secara bertahap dan rutin.

Ada tiga langkah yang dapat dilakukan untuk melatih diri supaya ikhlas, yang pertama Sering-seringlah berhenti dan bernafas untuk mengistirahatkan pikiran, ingat bahwa sesuatu tidak ada yang kekal dan belajar untuk menerima atau mengikhlaskan diri dari tahap yang paling mudah.

Tiga Tips Melatih Ikhlas

1. Sering-seringlah berhenti dan bernafas (rileks) untuk mengistirahatkan pikiran. Manusia seringkali sulit mencapai keikhlasan karena pikirannya jalan terus. Dengan latihan ini, kita juga akan bebas dari ketegangan.

2. Selalu ingat bahwa segala sesuatu selalu akan berubah. Seseorang susah ikhlas karena menilai segalanya bersifat kekal, padahal apa yang tidak kita dapatkan sementara ini pada suatu hari nanti akan berubah. Tidak ada yang kekal atau tetap, mungkin situasinya yang berubah atau keinginan kita yang berubah. Jadi apa yang kita sukai atau pun kita tak sukai tentu akan berubah.

3. Start di titik yang paling mudah. Belajarlah untuk mulai menerima hal-hal yang ringan atau gampang dulu. Untuk bisa merasa ikhlas memang tidak mudah dan terpulang kepada pribadi masing-masing. Tetapi mulailah untuk menerima kenyataan yang paling ringan dulu. Dengan begitu, otot ikhlas kita akan terlatih.

Banyak yang dapat di jadikan sarana untuk melatih keikhlasan antara lain sebuah kasus ketika Anda marah karena tak bisa menerima bos di kantor yang tak berlaku adil. Kalau Anda tidak bisa memaafkan orangnya, cobalah untuk memaafkan atau mengikhlaskan dulu perilakunya. Bila ini masih sulit, mulailah untuk mengikhlaskan perasaan kita bahwa kita sedang marah.

“Kalaupun memang tidak bisa juga ikhlas dengan perasaan kita sendiri, minimal ikhlaskan dulu bahwa kita memang belum bisa ikhlas. Jadi, pada tahap paling ringan itulah yang dapat menjadi pintu paling gampang menuju gerbang keikhlasan”.

Nama Hari = Nama Berhala


Sunday (Sun Day)
Artinya ‘Hari Matahari’, bahasa latinnya Dies Solis. Orang-orang Babilon menyembah matahari sebagai Shamash, dan nama-nama yang digunakan untuk itu adalah: Baal, Moloch, Ahura-Mazda, Dagon, Ra, Sol, Marduk, Mithras, Khrisna, Aton, Woden, Zeus, Deus, dan Gott. Pada tahun 321, Constantine mengganti Sabbat, dan membuat Sunday menjadi hari istirahat.


Monday (Moon Day)


Bahasa latinnya, Dies Lunae, Hari Bulan. Mona Lisa berarti ‘moon lily’. Artemis (Diana), selalu dilukiskan dengan bulan sabit di bawah kakinya (kita mengenal gambar Maria, dewi Kwan Im dengan bulan sabit di kaki mereka juga, dan lainnya).


Tuesday (Tiw’s Day)
Mardi = Hari Mars, Mars adalah dewa perang Roma. Kalendar Roma juga pagan, nama dewa ini dipakai di bulan ke-3, yaitu March. Orang-orang Yunani kuno memanggil hari ini ‘Tiu Daeg’. Tiu adalah nama dari anak laki-laki Woden dan Frigga, berhala para ‘imam’ jaman dulu.



Wednesday (Wodin’s Day)
dinamai Wednesday untuk menyanjung Odin, atau Woden, Dewa tertinggi dalam Mitologi Norse. Di Swedia dan Denmark, hari ini disebut Onsdag, yang berasal dari bahasa asli Norse. Bangsa Romawi memuja Dewa mereka sendiri, Merkuri, dengan menamai hari keempat untuknya. Dalam bahasa Latin, dies Mercurii. Bangsa Jerman menyebut hari ini Mittwoch, yang artinya “mid-week”. Odin atau Woden, ketua dewa Norse, yang memerintahkan Valkries dengan kuda yang berkaki delapan. Woden dipercayai sebagai suami dari Frigga, dan bapa dari Thor.




Thursday (Thor’s day)
Dalam kalender Romawi, hari kelima berasal dari bahasa Latin dies Jovis, artinya “Jove’s Day”, ditujukan pada Jove, atau Jupiter, dewa hujan dan petir, salah satu Dewa tertinggi dalam Mitologi Romawi. Bangsa Jerman menyebutnya, “Thunder day”. Jove adalah Dewa Guntur Norse dan anak laki-lakinya Woden, dikenal juga sebagai Taranus, atau Dutch Doonner (nama yang diberikan pada rusa kutubnya Santa Claus. Melekat dengan hari Roma Jupiter.


Friday (Freya’s Day)
Dikenal juga sebagai Frigga, istri dari Woden, salah satu lambangnya adalah ikan (lambang kesuburan), yang sering dipakai sebagai lambang Kristen. Ikan muda bernama ‘Fry’. Orang-orang Katolik dapat memberitahukan Anda bagaimana dan kapan ‘fish fry’ terjadi, tetapi mereka ambil dari para pagan. Orang-orang Roma memanggilnya Astarte, atau Venus. Dia adalah Earth Mother, dengan banyak panggilan seperti: Asherah, Astaroth, Ishtar, Easter, Nanna, dan lainnya. Orang-orang Yunani menghormati dewi Aphrodite, Dewi cinta, kecantikan dan kenikmatan seks… pada hari ini.


Saturday (Saturn Day)
Saturn adalah dewa pertanian Roma, dan hari ini dikhususkan untuknya. Planet ke-6 dinamakan untuk menghormati dewa ini. Di India dinamakan Dewa Shani Pooja.

Orang-orang dahulu (khususnya Romawi dan Yunani) juga percaya bahwa ketujuh benda langit itu adalah dewa-dewa yang memengaruhi kehidupan di Bumi. Pengaruh-nya bergantian dari jam ke jam, dengan urutan mulai dari yang terjauh (menurut pengetahuan mereka) yaitu Saturnus, sampai yang terdekat yakni Bulan. Pada jam 00.00, Saturnus-lah yang dianggap berpengaruh pada kehidupan manusia. Karena itu, hari pertama disebut Saturday (hari Saturnus) dalam bahasa Inggris, atau Sabtu dalam bahasa Indonesia. Ternyata, jika kita menghitung hari sampai tahun 1 Masehi, tanggal 1 Januari tahun 1, memang jatuh pada hari Sabtu. (Hitunglah dengan cermat dan jangan sampai keliru yah)