Sabtu, 26 Desember 2009

Kekerasan Pelajar di Sekolah Salah Siapa?

Oleh Putra Batubara *)

Akhir-akhir ini kita disuguhkan tontonan menarik tentang pelajar di sekolah yang melakukan tindak kekerasan baik putra ataupun putri. Kemajuan teknologi menjadikan kasus perkasus bisa langsung di akses oleh media nasional seperti televisi dan adegan tersebut ditayangkan secara langsung. Yang menartik disini adalah kasus kekerasan ini biasa terungkap setelah tersiar kabar di media massa dan pihak sekolah baru “mengambil sikap” setelah kasus itu disiarkan oleh media massa.

Pertanyaanya kemudian, kemana fungsi dan tugas sekolah yang mendidik peserta didiknya itu? Kenapa hal-hal yang sebesar ini bisa tidak diketahui oleh pihak sekolah? Atau jangan – jangan pihak sekolah juga sudah tahu dan berusah untuk menutup-nutupinya. Terus kalau sudah seperti ini siapa yang harus disalahkan? guru, kepala sekolah, kepala dinas pendidikan, guru agama, wali siswanya atau mungkin OSIS dan Rohisnya (karena kejadian ini banyak terjadi di sekolah negeri). Biasanya perdebatan akan terjadi disekitar nama-nama diatas dan mereka akan saling menyalahkan.


Idealnya pendidikan itu dilaksanakan bukan karena paksaan, harus tulus dan ikhlas dari kemauan peserta didik tersebut. Beberapa contoh kekerasan yang ada di sekolah keinginan orang tua siswa agar anaknya sekolah di sekolah A karena terkesan elit dan favorit padahal anaknya tidak mau dan tidak berminat, atau guru dan kepala sekolah yang mengeluarkan kebijakan membuat pelajaran tambahan di sekolah plus kegiatan ekstrakulikuler yang bersifat wajib agar siswa di sekolahnya bisa lulus dengan predikat terbaik, menteri pendidikan nasional juga sama yaitu membuat kebijakan ujian secara nasional dan kelulusan di Ujian Nasional adalah harga mati tanpa melihat kearifan lokal yang ada, dan masih banyak lagi contoh kekerasan yang terjadi di sekolah (kekersan melalui kebijakan dan kekerasan pemaksaan suatu kehendak).

Menurut saya kekerasan yang terjadi sesama siswa di sekolah adalah akibat dari ”fenomena gunung es” atau puncak permsalahan kekerasan kebijakan di sekolah yang semuanya bermuara ke siswa. Jadi, sebenarnya mereka semua adalah korban bukan pelaku kekerasan.


Bagaimana Mental Kekerasan di Sekolah di Mulai?

1. Sebelum masuk sekolah biasanya siswa sudah ditanamkan seabrek peraturan sekolah yang harus ditaatinya, tidak boleh bertanya kenapa peraturan ini dibuat, siapa yang buat dan untuk siapa aja peraturan ini dibuat, siswa hanya boleh membaca peraturan dan menjalankannya misal peraturan yang mewajibkan siswa memakai dasi, dan topi lengkap saat upacara bendera hari senin, atau rambut siswa putra yang panjangnya tidak boleh lebih dari 10 cm, tidak boleh terlambat (apalagi bayar uang SPP dan buku, ini lebih lagi sangat tidak boleh terlambat)


2. Pertama sekali masuk ke sekolah, kakak-kakak yang ada di OSIS mengadakan kegiatan dengan nama masa orientasi siswa atau biasa disebut MOS. Disini kekerasan kedua terjadi, secara fisik dan verbal, anak baru tadi disuruh sesuatu yang tidak jelas maksud dan tujuannya, kadang disuruh melakukan hal-hal yang tidak lumrah, di sini mulai tertanam lagi di alam bawah sadar siswa baru tersebut bahwa hal ini sudah biasa karena selain dibiarkan oleh sekolah kegiatan ini terjadi secara turun temurun.

3. Kemudian setelah MOS selesai siswa masuk ke sekolah dan menjadi warga sekolah, saat terlambat masuk di sekolah dia harus melewati banyak pos dari mulai satpam sampai guru BK, di sini peraturan sekolah kembali dibacaan kepadanya sementara pihak-pihak yang mendakwa siswa tersebut tidak mau tau apa yang terjadi sehingga siswa itu terlambat. Di sini dia belajar bahwa alasan apapun tidak akan diterima, padahal pada minggu berikutnya giliran guru yang datang terlambat, dan guru tersebut diperbolehkan masuk ke kelas tanpa melewati pos-pos yang ada.

4. Kemudian dia masuk ke kelas, di kelas dia mendengarkan secara baik apa saja yang menjadi peraturan di internal kelas, dari mulai kebersihan yang sampai harus mengeluarkan uang sakunya karena kelasnya harus indah dengan tambahan gorden dan beberapa perangkat kelas seperti sapu, tong sampah, penghapus, taplak meja dan kalau perlu ditambah sedikit bunga pot di dalam ruangan. Di sini dia belajar malu kalau tidak ikut patungan dengan siswa sekelasnya, mungkin saja sisa uangnya saat itu tinggal untuk ongkos pulang.

5. Tiga hari kemudian saat dikelasnya sedang belajar asyik dengan seorang guru, datanglah seorang guru perempuan yang sangat ramah, dia membawa banyak buku yang di ikat dengan tali rapia, bersamanya ada bapak-bapak yang berpakaian rapi sedang memegang buku tulis tebal, sepertinya masih baru buku itu karena covernya yang masih mengkilap. Ibu guru yang ternyata adalah petugas koperasi itu mengatakan bahwa untuk menunjang pembelajaran siswa dibantu dengan buku pelajaran dengan merk tertentu dan harganya sangat miring plus dengan cicilan yang sangat gampang (bisa dicicill selama 1 tahun sampai sebelum kenaikan kelas). Kemudian dia bertanya bisa tidak bu kalau belinya diluar atau memakai buku kakak kelas? Sang guru dengan pedenya menjawab silahkan saja karena buku ini baru saja terbit dan belum ada di pasaran edisinya sangat terbatas, kemudian guru yang mengajar dikelas tadi menimpali bahwa minggu depan ada PR di halaman sekian dibuku baru yang kalain terima. Terpojokkanlah si siswa tadi karena mau tidak mau harus membeli buku itu karena memang sangat perlu. Disini kekerasan kehendak, padahal siswa baru itu tahu kalau bapak ibunya tidak akan mampu membayar uang buku tersebut secara tunai, disini dia mulai setres padahal dia baru masuk ke sekolah itu dan baru mulai belajar selama 3 hari. Sekumpulan tanda tanya sudah banyak di kepalanya.

6. Masih banyak lagi kekerasan yang di lakukan senior seperti dalam ektrakulikuler tertentu yang punya adat terntu juga dan biasanya mereka menggunakan kekerasan fisik dan mental, alasanya sih agar mental anak baru tersebut kuat, aneh juga ya, seperti militer gitu deh.


7. Masih banyak kekerasan lainnya di kelas seperti guru yang mengatakan bahwa dirinya bodoh lah karena pelajaran yang di terangkannya tidak dapat langsung diserap dan masih banyak conoth lagi.


8. Akhirnya untuk menumpahkan segala kekesalannya dia membuat komunitas anak-anak setres yang semua kegiatannya untuk menghilangkan setres (tentunya menurut mereka sendiri) sampai akhirnya kekerasan antar kelompok di internal sekolah sampai dengan kekerasan antar sekolah dengan tawuran.

Solusinya?


Kekerasan tidak cocok di balas dengan kekerasan pula (malah akan memperparah), disinilah IPM berperan untuk melakukan penyadaran kepada siswa tersebut untuk kritis melihat ketidakadilan yang ada disekitarnya (melihat ketidakberesan disekitarnya) setelah disadarkan kemudian mereka dijadikan ”relawan” untuk membela teman sebayanya. Sampai akhirnya semua temannya sadar dan seluruh warga sekolah sadar dengan semua kelakuan mereka yang tidak adil dan suka melakukan kekerasan baik secara langsung maupun tidak langsung.

IPM sudah saatnya masuk ke sekolah negeri.......


*) Mantan kandidat ketua OSIS yang mengundurkan diri karena lebih memilih menjadi Ketua Rohis (Badan Tadzkir)  Ibnu Sina SMA Negeri 1 Lubukpakam Deli Serdang, Sumatera Utara. Saat ini menjabat sebagai Ketua Bidang Kajian dan Dakwah Islam (KDI) PP. Ikatan Pelajar Muhammadiyah.


Sumber: http://putralubukpakam.blogspot.com/2009/03/kekerasan-pelajar-di-sekolah-salah.html


Kekerasan Pelajar di Sekolah Salah Siapa?

Oleh Putra Batubara *)

Akhir-akhir ini kita disuguhkan tontonan menarik tentang pelajar di sekolah yang melakukan tindak kekerasan baik putra ataupun putri. Kemajuan teknologi menjadikan kasus perkasus bisa langsung di akses oleh media nasional seperti televisi dan adegan tersebut ditayangkan secara langsung. Yang menartik disini adalah kasus kekerasan ini biasa terungkap setelah tersiar kabar di media massa dan pihak sekolah baru “mengambil sikap” setelah kasus itu disiarkan oleh media massa.

Pertanyaanya kemudian, kemana fungsi dan tugas sekolah yang mendidik peserta didiknya itu? Kenapa hal-hal yang sebesar ini bisa tidak diketahui oleh pihak sekolah? Atau jangan – jangan pihak sekolah juga sudah tahu dan berusah untuk menutup-nutupinya. Terus kalau sudah seperti ini siapa yang harus disalahkan? guru, kepala sekolah, kepala dinas pendidikan, guru agama, wali siswanya atau mungkin OSIS dan Rohisnya (karena kejadian ini banyak terjadi di sekolah negeri). Biasanya perdebatan akan terjadi disekitar nama-nama diatas dan mereka akan saling menyalahkan.


Idealnya pendidikan itu dilaksanakan bukan karena paksaan, harus tulus dan ikhlas dari kemauan peserta didik tersebut. Beberapa contoh kekerasan yang ada di sekolah keinginan orang tua siswa agar anaknya sekolah di sekolah A karena terkesan elit dan favorit padahal anaknya tidak mau dan tidak berminat, atau guru dan kepala sekolah yang mengeluarkan kebijakan membuat pelajaran tambahan di sekolah plus kegiatan ekstrakulikuler yang bersifat wajib agar siswa di sekolahnya bisa lulus dengan predikat terbaik, menteri pendidikan nasional juga sama yaitu membuat kebijakan ujian secara nasional dan kelulusan di Ujian Nasional adalah harga mati tanpa melihat kearifan lokal yang ada, dan masih banyak lagi contoh kekerasan yang terjadi di sekolah (kekersan melalui kebijakan dan kekerasan pemaksaan suatu kehendak).

Menurut saya kekerasan yang terjadi sesama siswa di sekolah adalah akibat dari ”fenomena gunung es” atau puncak permsalahan kekerasan kebijakan di sekolah yang semuanya bermuara ke siswa. Jadi, sebenarnya mereka semua adalah korban bukan pelaku kekerasan.


Bagaimana Mental Kekerasan di Sekolah di Mulai?

1. Sebelum masuk sekolah biasanya siswa sudah ditanamkan seabrek peraturan sekolah yang harus ditaatinya, tidak boleh bertanya kenapa peraturan ini dibuat, siapa yang buat dan untuk siapa aja peraturan ini dibuat, siswa hanya boleh membaca peraturan dan menjalankannya misal peraturan yang mewajibkan siswa memakai dasi, dan topi lengkap saat upacara bendera hari senin, atau rambut siswa putra yang panjangnya tidak boleh lebih dari 10 cm, tidak boleh terlambat (apalagi bayar uang SPP dan buku, ini lebih lagi sangat tidak boleh terlambat)


2. Pertama sekali masuk ke sekolah, kakak-kakak yang ada di OSIS mengadakan kegiatan dengan nama masa orientasi siswa atau biasa disebut MOS. Disini kekerasan kedua terjadi, secara fisik dan verbal, anak baru tadi disuruh sesuatu yang tidak jelas maksud dan tujuannya, kadang disuruh melakukan hal-hal yang tidak lumrah, di sini mulai tertanam lagi di alam bawah sadar siswa baru tersebut bahwa hal ini sudah biasa karena selain dibiarkan oleh sekolah kegiatan ini terjadi secara turun temurun.

3. Kemudian setelah MOS selesai siswa masuk ke sekolah dan menjadi warga sekolah, saat terlambat masuk di sekolah dia harus melewati banyak pos dari mulai satpam sampai guru BK, di sini peraturan sekolah kembali dibacaan kepadanya sementara pihak-pihak yang mendakwa siswa tersebut tidak mau tau apa yang terjadi sehingga siswa itu terlambat. Di sini dia belajar bahwa alasan apapun tidak akan diterima, padahal pada minggu berikutnya giliran guru yang datang terlambat, dan guru tersebut diperbolehkan masuk ke kelas tanpa melewati pos-pos yang ada.

4. Kemudian dia masuk ke kelas, di kelas dia mendengarkan secara baik apa saja yang menjadi peraturan di internal kelas, dari mulai kebersihan yang sampai harus mengeluarkan uang sakunya karena kelasnya harus indah dengan tambahan gorden dan beberapa perangkat kelas seperti sapu, tong sampah, penghapus, taplak meja dan kalau perlu ditambah sedikit bunga pot di dalam ruangan. Di sini dia belajar malu kalau tidak ikut patungan dengan siswa sekelasnya, mungkin saja sisa uangnya saat itu tinggal untuk ongkos pulang.

5. Tiga hari kemudian saat dikelasnya sedang belajar asyik dengan seorang guru, datanglah seorang guru perempuan yang sangat ramah, dia membawa banyak buku yang di ikat dengan tali rapia, bersamanya ada bapak-bapak yang berpakaian rapi sedang memegang buku tulis tebal, sepertinya masih baru buku itu karena covernya yang masih mengkilap. Ibu guru yang ternyata adalah petugas koperasi itu mengatakan bahwa untuk menunjang pembelajaran siswa dibantu dengan buku pelajaran dengan merk tertentu dan harganya sangat miring plus dengan cicilan yang sangat gampang (bisa dicicill selama 1 tahun sampai sebelum kenaikan kelas). Kemudian dia bertanya bisa tidak bu kalau belinya diluar atau memakai buku kakak kelas? Sang guru dengan pedenya menjawab silahkan saja karena buku ini baru saja terbit dan belum ada di pasaran edisinya sangat terbatas, kemudian guru yang mengajar dikelas tadi menimpali bahwa minggu depan ada PR di halaman sekian dibuku baru yang kalain terima. Terpojokkanlah si siswa tadi karena mau tidak mau harus membeli buku itu karena memang sangat perlu. Disini kekerasan kehendak, padahal siswa baru itu tahu kalau bapak ibunya tidak akan mampu membayar uang buku tersebut secara tunai, disini dia mulai setres padahal dia baru masuk ke sekolah itu dan baru mulai belajar selama 3 hari. Sekumpulan tanda tanya sudah banyak di kepalanya.

6. Masih banyak lagi kekerasan yang di lakukan senior seperti dalam ektrakulikuler tertentu yang punya adat terntu juga dan biasanya mereka menggunakan kekerasan fisik dan mental, alasanya sih agar mental anak baru tersebut kuat, aneh juga ya, seperti militer gitu deh.


7. Masih banyak kekerasan lainnya di kelas seperti guru yang mengatakan bahwa dirinya bodoh lah karena pelajaran yang di terangkannya tidak dapat langsung diserap dan masih banyak conoth lagi.


8. Akhirnya untuk menumpahkan segala kekesalannya dia membuat komunitas anak-anak setres yang semua kegiatannya untuk menghilangkan setres (tentunya menurut mereka sendiri) sampai akhirnya kekerasan antar kelompok di internal sekolah sampai dengan kekerasan antar sekolah dengan tawuran.

Solusinya?


Kekerasan tidak cocok di balas dengan kekerasan pula (malah akan memperparah), disinilah IPM berperan untuk melakukan penyadaran kepada siswa tersebut untuk kritis melihat ketidakadilan yang ada disekitarnya (melihat ketidakberesan disekitarnya) setelah disadarkan kemudian mereka dijadikan ”relawan” untuk membela teman sebayanya. Sampai akhirnya semua temannya sadar dan seluruh warga sekolah sadar dengan semua kelakuan mereka yang tidak adil dan suka melakukan kekerasan baik secara langsung maupun tidak langsung.

IPM sudah saatnya masuk ke sekolah negeri.......


*) Mantan kandidat ketua OSIS yang mengundurkan diri karena lebih memilih menjadi Ketua Rohis (Badan Tadzkir)  Ibnu Sina SMA Negeri 1 Lubukpakam Deli Serdang, Sumatera Utara. Saat ini menjabat sebagai Ketua Bidang Kajian dan Dakwah Islam (KDI) PP. Ikatan Pelajar Muhammadiyah.


Sumber: http://putralubukpakam.blogspot.com/2009/03/kekerasan-pelajar-di-sekolah-salah.html


Berguru Pada Cicak


Salah satu bentuk ujian Allah SWT untuk manusia adalah diciptakan perasaan gundah gulana, takut, rasa lapar dan merasa kekurangan dari harta benda duniawi. Takut terhadap masa depan yang belum tentu memberikan kemudharatan. Khawatir karena takut miskin dan tidak mendapatkan rejeki yang banyak untuk menjalani kehidupan.

Dalam surat al Ma'arij ayat 19-21 Allah SWT berfirman: ” Sesungguhnya manusia itu diciptakan selalu keluh kesah dan kikir, apabila ditimpa kemalangan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan dia kikir”.

Tapi disamping itu Allah SWT dengan kasih sayangnya memberikan pelajaran kepada manusia melalui hewan dan binatang untuk dijadikan i'tibar dalam kehidupan ini, tergantung kita mau dan tidak meluangkan waktu untuk mempelajarinya. Setiap ciptaanNya tidak ada yang sia-sia, semua memiliki manfaat walaupun mereka hidup jauh di dalam tanah.

Anjing adalah binatang paling setia pada tuannya, lebah yang selalu memakan yang baik dan mengeluarkan madu yang baik pula, tidak pernah menganggu manusia tapi apabila diganggu akan memberikan perlawanan optimal untuk membela diri. Dunia semut yang damai dan selalu bergotong royong ketika mengerjakan sesuatu dan berbagi ketika mendapatkan sebuah rejeki Allah SWT.


Dalam surat al Baqarah ayat 26 Allah SWT berfirman: ”Allah SWT tidak akan malu untuk memberikan contoh dengan nyamuk dan yang lebih rendah daripada itu, orang beriman akan tahu bahwa contoh itu adalah benar dari Allah SWT."

Di antara binatang yang bisa dijadikan pelajaran dalam mencari rezki adalah cicak. Anda tahu cicak? Tentu saja tahu, hampir disetiap rumah ada cicak. Cicak punya keistimewaan bisa berjalan di atap dengan badan terbalik, tetapi bukan itu yang ingin saya lihat pada saat ini, justru yang akan kita lihat adalah “kelemahan” cicak yang tidak bisa terbang, sementara makanan cicak bisa terbang.

Secara logika ini tentu saja tidak menguntungkan, tapi cicak tidak pernah putus asa bahkan mengeluh kepada Allah SWT tentang kesulitan yang dihadapinya itu, "Ya Allah SWT kenapa kau ciptakan aku tidak bisa terbang, sedangkan makananku bisa terbang, bagaimana aku bisa makan dan hidup”.

Yang dilakukan binatang cicak adalah terus berusaha dengan kemampuan yang diberikan Allah SWT untuk mencari makan demi kelangsungan hidupnya. Mungkin cicak yakin hanya selalu mengeluh dan putus asa tidak akan merubah apa-apa.

Dari sini bisa kita ambil pelajaran, meskipun cicak tidak bisa terbang tetapi mereka masih bisa memakan nyamuk. Itu menunjukan bahwa cicak sudah di atur rezekinya oleh Allah. Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhil mahfuz). [QS 11:6]

Begitu juga manusia dan makhluk yang lainnya. Allah telah menetapkan rizkinya masing-masing.

Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. [QS 14:32]

Rezeki adalah pemberian Allah, bukan dari tempat Anda bekerja sekarang, bukan dari bisnis Anda, bukan dari deposito Anda. Semua itu hanyalah sarana Anda mendapatkan rezeki, karena memang Allah yang memerintahkan kita untuk mencari rezeki tentu saja dengan berbagai sarana.

Yakinlah akan rezeki Allah, jangan yakin dengan rezeki yang sekarang Anda dapatkan ditempat Anda bekerja sekarang ini. Mungkin saja ditempat lain rezeki Anda sudah menunggu. Tidak ada jaminan Anda akan mendapatkan rezeki dari tempat sekarang terus-menerus, karena bukan perusahaan Anda yang meluaskan dan menyempitkan rezeki Anda, tetapi Allah.

"Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. "[QS 17:30]

Seberapa besarnya gaji Anda, jika Allah telah menetapkan bahwa itu bukan rezeki Anda, maka itu mudah bagi Allah. Mungkin saja rezeki itu menjadi rezeki dokter yang mengobati penyakit Anda. Mungkin saja semua gaji Anda ludes dirampok, dan berbagai kemungkinan lainnya. Bahkan makanan yang tinggal beberapa senti kemulut Anda masih bisa jatuh menjadi rezekinya semut.

Meskipun rezeki sudah di atur oleh Allah, tetapi kita tetap dituntut untuk berusaha sendiri. Cicakpun berusaha, mendekati tempat terang dimana di sana banyak nyamuk.

Sekarang, masih beranikah kita berkeluh kesah dan putus asa dalam mencari rejeki yang Allah SWT ciptakan sangat banyak di bumi ini yang sangat luas, padahal Allah SWT menciptakan kita jauh lebih sempurna dari makhluk cicak, kita punya tangan, kaki, akal dan ilmu untuk mencari rejeki Allah SWT, dan masih layakkah kita berkata: ”ya ampun, susahnya mencari rejeki yang halal”

"Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, [QS 8.53]

Wallahu a’lam bishawab

Berguru Pada Cicak


Salah satu bentuk ujian Allah SWT untuk manusia adalah diciptakan perasaan gundah gulana, takut, rasa lapar dan merasa kekurangan dari harta benda duniawi. Takut terhadap masa depan yang belum tentu memberikan kemudharatan. Khawatir karena takut miskin dan tidak mendapatkan rejeki yang banyak untuk menjalani kehidupan.

Dalam surat al Ma'arij ayat 19-21 Allah SWT berfirman: ” Sesungguhnya manusia itu diciptakan selalu keluh kesah dan kikir, apabila ditimpa kemalangan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan dia kikir”.

Tapi disamping itu Allah SWT dengan kasih sayangnya memberikan pelajaran kepada manusia melalui hewan dan binatang untuk dijadikan i'tibar dalam kehidupan ini, tergantung kita mau dan tidak meluangkan waktu untuk mempelajarinya. Setiap ciptaanNya tidak ada yang sia-sia, semua memiliki manfaat walaupun mereka hidup jauh di dalam tanah.

Anjing adalah binatang paling setia pada tuannya, lebah yang selalu memakan yang baik dan mengeluarkan madu yang baik pula, tidak pernah menganggu manusia tapi apabila diganggu akan memberikan perlawanan optimal untuk membela diri. Dunia semut yang damai dan selalu bergotong royong ketika mengerjakan sesuatu dan berbagi ketika mendapatkan sebuah rejeki Allah SWT.


Dalam surat al Baqarah ayat 26 Allah SWT berfirman: ”Allah SWT tidak akan malu untuk memberikan contoh dengan nyamuk dan yang lebih rendah daripada itu, orang beriman akan tahu bahwa contoh itu adalah benar dari Allah SWT."

Di antara binatang yang bisa dijadikan pelajaran dalam mencari rezki adalah cicak. Anda tahu cicak? Tentu saja tahu, hampir disetiap rumah ada cicak. Cicak punya keistimewaan bisa berjalan di atap dengan badan terbalik, tetapi bukan itu yang ingin saya lihat pada saat ini, justru yang akan kita lihat adalah “kelemahan” cicak yang tidak bisa terbang, sementara makanan cicak bisa terbang.

Secara logika ini tentu saja tidak menguntungkan, tapi cicak tidak pernah putus asa bahkan mengeluh kepada Allah SWT tentang kesulitan yang dihadapinya itu, "Ya Allah SWT kenapa kau ciptakan aku tidak bisa terbang, sedangkan makananku bisa terbang, bagaimana aku bisa makan dan hidup”.

Yang dilakukan binatang cicak adalah terus berusaha dengan kemampuan yang diberikan Allah SWT untuk mencari makan demi kelangsungan hidupnya. Mungkin cicak yakin hanya selalu mengeluh dan putus asa tidak akan merubah apa-apa.

Dari sini bisa kita ambil pelajaran, meskipun cicak tidak bisa terbang tetapi mereka masih bisa memakan nyamuk. Itu menunjukan bahwa cicak sudah di atur rezekinya oleh Allah. Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhil mahfuz). [QS 11:6]

Begitu juga manusia dan makhluk yang lainnya. Allah telah menetapkan rizkinya masing-masing.

Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. [QS 14:32]

Rezeki adalah pemberian Allah, bukan dari tempat Anda bekerja sekarang, bukan dari bisnis Anda, bukan dari deposito Anda. Semua itu hanyalah sarana Anda mendapatkan rezeki, karena memang Allah yang memerintahkan kita untuk mencari rezeki tentu saja dengan berbagai sarana.

Yakinlah akan rezeki Allah, jangan yakin dengan rezeki yang sekarang Anda dapatkan ditempat Anda bekerja sekarang ini. Mungkin saja ditempat lain rezeki Anda sudah menunggu. Tidak ada jaminan Anda akan mendapatkan rezeki dari tempat sekarang terus-menerus, karena bukan perusahaan Anda yang meluaskan dan menyempitkan rezeki Anda, tetapi Allah.

"Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. "[QS 17:30]

Seberapa besarnya gaji Anda, jika Allah telah menetapkan bahwa itu bukan rezeki Anda, maka itu mudah bagi Allah. Mungkin saja rezeki itu menjadi rezeki dokter yang mengobati penyakit Anda. Mungkin saja semua gaji Anda ludes dirampok, dan berbagai kemungkinan lainnya. Bahkan makanan yang tinggal beberapa senti kemulut Anda masih bisa jatuh menjadi rezekinya semut.

Meskipun rezeki sudah di atur oleh Allah, tetapi kita tetap dituntut untuk berusaha sendiri. Cicakpun berusaha, mendekati tempat terang dimana di sana banyak nyamuk.

Sekarang, masih beranikah kita berkeluh kesah dan putus asa dalam mencari rejeki yang Allah SWT ciptakan sangat banyak di bumi ini yang sangat luas, padahal Allah SWT menciptakan kita jauh lebih sempurna dari makhluk cicak, kita punya tangan, kaki, akal dan ilmu untuk mencari rejeki Allah SWT, dan masih layakkah kita berkata: ”ya ampun, susahnya mencari rejeki yang halal”

"Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, [QS 8.53]

Wallahu a’lam bishawab

Jumat, 25 Desember 2009

TAHUN BARU MASEHI: 1 Perayaan, 1000 Kekafiran




Oleh. Rio Efendi Turipno, S.Psi

Pada saat pergantian tahun, kita akan menyaksikan betapa gencarnya liputan media massa dalam rangka menyambut datangnya tahun 2010M. Terlihat bahwa masyarakat bersuka cita menggantungkan harapan-harapan dengan adanya hal itu.

Sebelum membahas lebih jauh tentang hukum perayaan menyambut tahun baru, mari kita simak terlebih dahulu sejarah penetapan tahun 1 januari sebagai pertanda tahun baru.

Asal-Usul Tahun Baru

Bila melongok sejarahnya, penetapan 1 Januari sebagai pertanda Tahun Baru bermula pada abad 46 Sebelum Masehi (SM). Ketika itu Kaisar Julius Caesar membuat kalender Matahari. Kalender yang dinilai lebih akurat ketimbang kalender-kalender lain pernah dibuat sebelumnya.

Sebelum Caesar membuat kalender Matahari, pada abad 153 SM, Janus seorang pendongeng di Roma yang menetapkan awal mula tahun. Dengan dua wajahnya, Janus mampu melihat kejadian di masa lalu dan masa depan. Dialah yang menjadi simbol kuno resolusi (sebuah pencapaian) Tahun Baru. Bangsa Roma berharap dengan dimulainya tahun yang baru, kesalahan-kesalahan di masa lalu dapat dimaafkan. Sebagai penebus dosa, tahun baru juga ditandai dengan tukar kado.

Tahun baru masehi awalnya merupakan suatu ritual Bangsa Roma, dan bahkan dianggap sebagai penebus dosa. Tahun baru merupakan suatu hari yang datang kembali dan terulang, yang diagung-agungkan oleh orang-orang kafir. Atau sebutan bagi tempat orang-orang kafir dalam menyelenggarakan perkumpulan keagamaan. Namun saat ini budaya tersebut sudah masuk kedalam kebiasaan sebagian besar masyarakat dunia, tanpa terkecuali masyarakat muslim ikut serta merayakan hari raya mereka. Di antaranya ada yang memberikan ucapan selamat atau ikut meramaikannya dengan berbagai acara seperti meniup terompet pada malam tahun baru dan yang semisalnya. Serta memasang hiasan-hiasan di rumahnya pada saat perayaan mereka. Padahal perayaan ini merupakan campuran dari berbagai budaya Kafir. Diantaranya pesta kembang api (china), peniupan trompet (Yahudi), membunyikan Lonceng (Kristen), menyambut Matahari Baru (Roma), semuanya membaur dalam satu bingkai Tahun Baru


Lantas bagaimanakah Islam memandang masalah ini:

Dalam merayakan tahun baru, tentu ada biaya yang dikeluarkan. Bahkan, sampai-sampai ada yang menghabiskan uang 1 sampai 2 milyar hanya untuk mengadakan acara peringatan pergantian tahun!?! Padahal acara tersebut tidak memiliki manfaat yang begitu berarti, baik untuk kebutuhan duniawi apalagi kebutuhan ukhrowi. Maka acara seperti ini dalam syariat islam dinilai sebagai acara yang sia-sia saja. Sehingga menghamburkan banyak harta dalam acara seperti ini adalah termasuk menyia-nyiakan harta, atau disebut juga tabdzir, Allah melarang perbuatan tersebut dan mengecam pelakunya yang disebut mubadzir.

Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya para mubadzir (pemboros) itu adalah saudara-saudara dari setan. Dan setan itu adalah makhluk yang ingkar terhadap Rabb-nya.” (Qs. Al Isra: 27)

Allah Ta’ala tidak mencintai orang-orang yang memboroskan harta. Sedangkan uang yang digunakan untuk perayaan tahun baru adalah termasuk perkara membuang-buang harta. Maka seorang muslim yang baik tidak akan mau dengan mudah membuang-buang harta hanyanya untuk perayaan semacam ini yang sama sekali tidak akan menambah kemuliaannya di dunia maupun di akhirat.

Islam Melarang Bergadang Tanpa Manfaat


Pada malam tahun baru, kebanyakan orang akan menunda jam tidur mereka demi menunggu hingga pukul 12 malam, dimana terjadi pergantian tahun masehi. Mereka isi waktu tersebut dengan bersenang-senang, ngobrol, konvoi keliling kota, dan banyak hal yang tidak bermanfaat yang dilakukan. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci ngobrol-ngobrol atau kegiatan tak berguna lainnya yang dilakukan setelah selesai shalat isya. Jika tidak ada kepentingan, Rasulullah menganjurkan untuk langsung tidur, agar dapat bangun di malam hari untuk beribadah.

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan kepada kami tercelanya mengobrol sesudah shalat ‘lsya.’” (HR. Ahmad, Ibnu Majah)

Islam sebagai agama yang penuh rahmah, melarang umatnya untuk bergadang tanpa manfaat. ‏

Juga diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh mengobrol (pada malam hari) kecuali dua orang; Orang yang akan shalat atau musafir.” (HR. Ahmad)

Maka orang yang begadang, menghabiskan malamnya untuk menunggu dan menikmati tahun baru, telah melanggar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diatas. Dengan begadang, mereka melalaikan shalat malam, berdzikir pada Allah Ta’ala, di pagi hari pun kesiangan dan telat melaksanakan sholat shubuh. Sungguh, banyak sekali kerugian akibat dari mengikuti perayaan tahun baru ini.

Sedikit uraian diatas semoga dapat dijadikan sebagai renungan bagi kita untuk berpikir seribu kali sebelum mengikuti dan menghadiri acara perayaan tahun baru. Karena selain terdapat larangan untuk mengikutinya, juga terdapat kerugian yang besar akibat dari mengikutinya.

Sikap muslim

Setelah memahami sejarah yang demikian itu, sangat jelas dan gamblang sekali sebenarnya bahwa Perayaan Tahun Baru Masehi dengan segala perangkatnya adalah sangat bertentangan dengan nilai-nilai syariat islam, dan bagi orang muslim atau muslimah jika mereka mengikitu adat atau kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang yang bukan dari kalangan islam, maka sebenarnya mereka bukan termasuk sebagai orang islam, tapi termasuk dari golongan mereka (orang kafir dan musryik).

Inilah yang dikatakan sebagai “tasabuh” (menyerupai). Sebagaimana sabda Rasullullah SAW: “Barangsiapa yang mengikuti suatu golongan tertentu, maka ia termasuk golongan tersebut”, dan dalam konteks ini bila seorang muslim atau muslimah merayakan Tahun Baru Masehi walau sekecil apapun sebenarnya dia sudah termasuk orang kafir atau musryik yang divonis oleh Allah SWT akan masuk ke dalam Neraka Jahannam.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang kafir yakni dari kalangan ahli kitab (yahudi dan nasrani) dan orang-orang musryik (akan masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya, mereka itulah seburuk-buruknya mahluk”. (QS.Al-Bayyinah:6)

Allah SWT juga telah berpesan dalam Al Qur’an

“Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir di dalam negeri”. (QS.Ali Imran:196)

Dari dua ayat tersebut, makan bagi seorang muslim atau muslimah dia harus memiliki sikap yang tegas dan memegang prinsip untuk tidak terbawa oleh arus yang berjalan atau berkembang di tengah-tengah mansyarakat, biarpun orang lain mengatakan kita ‘fanatik’ atau ‘fundamen’, silahkan, yang penting kita dapat aman atau terhindar dari siksa neraka.

Seorang muslim seharusnya takut terhadap siksa neraka dan amal perbuatannya menjadi hangus disebabkan karena lebih mengikuti langkah syaitan atau perbuatan yang berbau kekafiran, sebagaimana QS.Al-Maidah:5:

“Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak mau mengikuti nilai ajaran Islam), maka hapuslah segala amal (kebaikan)-nya dan ia termasuk orang yang merugi”. 

Demikian juga Allah dengan tegas mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk memutuskan perkara diantara manusia menurut apa yang diturunkan oleh Allah dan untuk tidak mengikuti hawa nafsu mereka (QS.Al-Maidah:49).

Disamping itu Rasulullah SAW pernah berwasiat kepada para sahabatnya:
“Akan datang suatu masa ketika kalian mengikuti cara hidup dan istiadat-istiadat orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta hingga kalau dia masuk ke lubang biawakpun kamu akan mengikutinya”. Kemudian para sahabat bertanya: “Umat yahudi dan nasrani-kah itu, ya Rasulullah SAW?” maka jawab Rasulullah SAW : “siapa lagi kalau bukan dari mereka!” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan dasar Al-Qur’an dan Hadist yang sahih seperti itu, masikah kita umat Islam tidak mau percaya dengan Allah SWT dan Rasul-Nya? Mestinya kalau kita menjadi muslim yang sejati kita harus sami’na wa-tha’na (mendengar dan ta’at sepenuhnya) terhadap apa yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya (QS.An-Nuur:51), dan memasuki Islam secara totalitas atau ‘kaffah’ (tidak parsial) (QS.Al-Baqarah:208), dan mestinya seorang muslim tidak ada keraguan dalam menerima ketentuan dari Allah dan Rasul-Nya (QS.Al-Hujarat:15).

Firman Allah SWT yang sudah jelas dan gamblang: “Kebenaran itu berasal dari Rabb-mu, oleh karena itu, janganlah sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu-ragu” (QS.Al-Baqarah:147).

Maukah kita sebagi muslim dikatakan sebagai orang kafir atau orang munafik?
Jawabannya pasti kita tidak mau dikatakan sebagai orang kafir atau munafiq, karena kedua golongan itu pasti celaka di akhirat kelak.

Apakah kita termasuk orang yang suka merayakan Tahun Baru Masehi???

Wallahu’alam.

TAHUN BARU MASEHI: 1 Perayaan, 1000 Kekafiran




Oleh. Rio Efendi Turipno, S.Psi

Pada saat pergantian tahun, kita akan menyaksikan betapa gencarnya liputan media massa dalam rangka menyambut datangnya tahun 2010M. Terlihat bahwa masyarakat bersuka cita menggantungkan harapan-harapan dengan adanya hal itu.

Sebelum membahas lebih jauh tentang hukum perayaan menyambut tahun baru, mari kita simak terlebih dahulu sejarah penetapan tahun 1 januari sebagai pertanda tahun baru.

Asal-Usul Tahun Baru

Bila melongok sejarahnya, penetapan 1 Januari sebagai pertanda Tahun Baru bermula pada abad 46 Sebelum Masehi (SM). Ketika itu Kaisar Julius Caesar membuat kalender Matahari. Kalender yang dinilai lebih akurat ketimbang kalender-kalender lain pernah dibuat sebelumnya.

Sebelum Caesar membuat kalender Matahari, pada abad 153 SM, Janus seorang pendongeng di Roma yang menetapkan awal mula tahun. Dengan dua wajahnya, Janus mampu melihat kejadian di masa lalu dan masa depan. Dialah yang menjadi simbol kuno resolusi (sebuah pencapaian) Tahun Baru. Bangsa Roma berharap dengan dimulainya tahun yang baru, kesalahan-kesalahan di masa lalu dapat dimaafkan. Sebagai penebus dosa, tahun baru juga ditandai dengan tukar kado.

Tahun baru masehi awalnya merupakan suatu ritual Bangsa Roma, dan bahkan dianggap sebagai penebus dosa. Tahun baru merupakan suatu hari yang datang kembali dan terulang, yang diagung-agungkan oleh orang-orang kafir. Atau sebutan bagi tempat orang-orang kafir dalam menyelenggarakan perkumpulan keagamaan. Namun saat ini budaya tersebut sudah masuk kedalam kebiasaan sebagian besar masyarakat dunia, tanpa terkecuali masyarakat muslim ikut serta merayakan hari raya mereka. Di antaranya ada yang memberikan ucapan selamat atau ikut meramaikannya dengan berbagai acara seperti meniup terompet pada malam tahun baru dan yang semisalnya. Serta memasang hiasan-hiasan di rumahnya pada saat perayaan mereka. Padahal perayaan ini merupakan campuran dari berbagai budaya Kafir. Diantaranya pesta kembang api (china), peniupan trompet (Yahudi), membunyikan Lonceng (Kristen), menyambut Matahari Baru (Roma), semuanya membaur dalam satu bingkai Tahun Baru


Lantas bagaimanakah Islam memandang masalah ini:

Dalam merayakan tahun baru, tentu ada biaya yang dikeluarkan. Bahkan, sampai-sampai ada yang menghabiskan uang 1 sampai 2 milyar hanya untuk mengadakan acara peringatan pergantian tahun!?! Padahal acara tersebut tidak memiliki manfaat yang begitu berarti, baik untuk kebutuhan duniawi apalagi kebutuhan ukhrowi. Maka acara seperti ini dalam syariat islam dinilai sebagai acara yang sia-sia saja. Sehingga menghamburkan banyak harta dalam acara seperti ini adalah termasuk menyia-nyiakan harta, atau disebut juga tabdzir, Allah melarang perbuatan tersebut dan mengecam pelakunya yang disebut mubadzir.

Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya para mubadzir (pemboros) itu adalah saudara-saudara dari setan. Dan setan itu adalah makhluk yang ingkar terhadap Rabb-nya.” (Qs. Al Isra: 27)

Allah Ta’ala tidak mencintai orang-orang yang memboroskan harta. Sedangkan uang yang digunakan untuk perayaan tahun baru adalah termasuk perkara membuang-buang harta. Maka seorang muslim yang baik tidak akan mau dengan mudah membuang-buang harta hanyanya untuk perayaan semacam ini yang sama sekali tidak akan menambah kemuliaannya di dunia maupun di akhirat.

Islam Melarang Bergadang Tanpa Manfaat


Pada malam tahun baru, kebanyakan orang akan menunda jam tidur mereka demi menunggu hingga pukul 12 malam, dimana terjadi pergantian tahun masehi. Mereka isi waktu tersebut dengan bersenang-senang, ngobrol, konvoi keliling kota, dan banyak hal yang tidak bermanfaat yang dilakukan. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci ngobrol-ngobrol atau kegiatan tak berguna lainnya yang dilakukan setelah selesai shalat isya. Jika tidak ada kepentingan, Rasulullah menganjurkan untuk langsung tidur, agar dapat bangun di malam hari untuk beribadah.

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan kepada kami tercelanya mengobrol sesudah shalat ‘lsya.’” (HR. Ahmad, Ibnu Majah)

Islam sebagai agama yang penuh rahmah, melarang umatnya untuk bergadang tanpa manfaat. ‏

Juga diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh mengobrol (pada malam hari) kecuali dua orang; Orang yang akan shalat atau musafir.” (HR. Ahmad)

Maka orang yang begadang, menghabiskan malamnya untuk menunggu dan menikmati tahun baru, telah melanggar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diatas. Dengan begadang, mereka melalaikan shalat malam, berdzikir pada Allah Ta’ala, di pagi hari pun kesiangan dan telat melaksanakan sholat shubuh. Sungguh, banyak sekali kerugian akibat dari mengikuti perayaan tahun baru ini.

Sedikit uraian diatas semoga dapat dijadikan sebagai renungan bagi kita untuk berpikir seribu kali sebelum mengikuti dan menghadiri acara perayaan tahun baru. Karena selain terdapat larangan untuk mengikutinya, juga terdapat kerugian yang besar akibat dari mengikutinya.

Sikap muslim

Setelah memahami sejarah yang demikian itu, sangat jelas dan gamblang sekali sebenarnya bahwa Perayaan Tahun Baru Masehi dengan segala perangkatnya adalah sangat bertentangan dengan nilai-nilai syariat islam, dan bagi orang muslim atau muslimah jika mereka mengikitu adat atau kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang yang bukan dari kalangan islam, maka sebenarnya mereka bukan termasuk sebagai orang islam, tapi termasuk dari golongan mereka (orang kafir dan musryik).

Inilah yang dikatakan sebagai “tasabuh” (menyerupai). Sebagaimana sabda Rasullullah SAW: “Barangsiapa yang mengikuti suatu golongan tertentu, maka ia termasuk golongan tersebut”, dan dalam konteks ini bila seorang muslim atau muslimah merayakan Tahun Baru Masehi walau sekecil apapun sebenarnya dia sudah termasuk orang kafir atau musryik yang divonis oleh Allah SWT akan masuk ke dalam Neraka Jahannam.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang kafir yakni dari kalangan ahli kitab (yahudi dan nasrani) dan orang-orang musryik (akan masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya, mereka itulah seburuk-buruknya mahluk”. (QS.Al-Bayyinah:6)

Allah SWT juga telah berpesan dalam Al Qur’an

“Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir di dalam negeri”. (QS.Ali Imran:196)

Dari dua ayat tersebut, makan bagi seorang muslim atau muslimah dia harus memiliki sikap yang tegas dan memegang prinsip untuk tidak terbawa oleh arus yang berjalan atau berkembang di tengah-tengah mansyarakat, biarpun orang lain mengatakan kita ‘fanatik’ atau ‘fundamen’, silahkan, yang penting kita dapat aman atau terhindar dari siksa neraka.

Seorang muslim seharusnya takut terhadap siksa neraka dan amal perbuatannya menjadi hangus disebabkan karena lebih mengikuti langkah syaitan atau perbuatan yang berbau kekafiran, sebagaimana QS.Al-Maidah:5:

“Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak mau mengikuti nilai ajaran Islam), maka hapuslah segala amal (kebaikan)-nya dan ia termasuk orang yang merugi”. 

Demikian juga Allah dengan tegas mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk memutuskan perkara diantara manusia menurut apa yang diturunkan oleh Allah dan untuk tidak mengikuti hawa nafsu mereka (QS.Al-Maidah:49).

Disamping itu Rasulullah SAW pernah berwasiat kepada para sahabatnya:
“Akan datang suatu masa ketika kalian mengikuti cara hidup dan istiadat-istiadat orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta hingga kalau dia masuk ke lubang biawakpun kamu akan mengikutinya”. Kemudian para sahabat bertanya: “Umat yahudi dan nasrani-kah itu, ya Rasulullah SAW?” maka jawab Rasulullah SAW : “siapa lagi kalau bukan dari mereka!” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan dasar Al-Qur’an dan Hadist yang sahih seperti itu, masikah kita umat Islam tidak mau percaya dengan Allah SWT dan Rasul-Nya? Mestinya kalau kita menjadi muslim yang sejati kita harus sami’na wa-tha’na (mendengar dan ta’at sepenuhnya) terhadap apa yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya (QS.An-Nuur:51), dan memasuki Islam secara totalitas atau ‘kaffah’ (tidak parsial) (QS.Al-Baqarah:208), dan mestinya seorang muslim tidak ada keraguan dalam menerima ketentuan dari Allah dan Rasul-Nya (QS.Al-Hujarat:15).

Firman Allah SWT yang sudah jelas dan gamblang: “Kebenaran itu berasal dari Rabb-mu, oleh karena itu, janganlah sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu-ragu” (QS.Al-Baqarah:147).

Maukah kita sebagi muslim dikatakan sebagai orang kafir atau orang munafik?
Jawabannya pasti kita tidak mau dikatakan sebagai orang kafir atau munafiq, karena kedua golongan itu pasti celaka di akhirat kelak.

Apakah kita termasuk orang yang suka merayakan Tahun Baru Masehi???

Wallahu’alam.

Rabu, 23 Desember 2009

Asal-usul Perayaan Natal


Pastur Herbert W. Armstrong, menulis

Kita mewarisi Natal berasal dari Gereja Katolik Roma, dan gereja itu mendapatkannya dari kepercayaan pagan (kafir) Politeisme, lalu dari manakah agama kafir itu mendapatkan ajaran itu? Dimana, kapan, dan bagaimana bentuk asli ajaran itu?

Bila kita telusuri mulai dari ayat-ayat Bible (Alkitab) sampai pada sejarah kepercayaan bangsa Babilonia kuno, niscaya akan ditemukan bahwa ajaran itu berasal dari kepercayaan berhala yang dianut oleh masyarakat Babilonia di bawah raja Nimrod (Namrud - di masa inilah nabi Ibrahim lahir). Jelasnya, akar kepercayaan ini tumbuh setelah terjadi banjir besar di masa nabi Nuh.

Nimrod, cucu Ham, anak nabi Nuh, adalah pendiri sistem kehidupan masyarakat Babilonia. Sejak itulah terdapat dasar-dasar pemerintahan dan negara, dan sistem ekonomi dengan cara bersaing untuk meraih keuntungan. Nimrod inilah mendirikan menara Babel, membangun kota Babilonia, Nineweh dan kota-kota lainnya. Dia pula yang pertama membangun kerajan di dunia. Nama "Nimrod" dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kata "Marad" yang artinya "dia membangkang atau murtad" (Karena bahasa Ibrani serumpun dengan bahasa Arab, silahkan anda membandingkan kata "Marad" dengan kata Arab "Ridda" atau "murtad". Pen)


Dari catatan-catatan kuno, kita mengetahui perjalanan Nimrod ini, yang mengawali pemurtadan terhadap Tuhan dan menjadi biang manusia pembangkang di dunia sampai saat ini. Jumlah kejahatannya amat banyak, diantaranya, dia mengawini ibu kandungnya sendiri yang bernama Semiramis. Setelah Nimrod meninggal dunia, ibu yang merangkap sebagai istri tersebut menyebarkan ajaran bahwa Roh Nimrod tetap hidup selamanya, walaupun jasadnya telah mati. Dia membuktikan ajarannya dengan adanya pohon Evergreen yang tumbuh dari sebatang kayu yang mati, yang ditafsirkan oleh Semiramis sebagai bukti kehidupan baru bagi Nimrod yang sudah mati. Untuk mengenang hari kelahirannya, Nimrod selalu hadir di pohon evergreen ini dan meninggalkan bingkisan yang digantungkan di ranting-ranting pohon itu. 25 Desember itulah hari kelahiran Nimrod. Dan inilah asal usul pohon Natal.

Melalui pengaruh dan pemujaannya kepada Nimrod, Semiramis dianggap sebagai "Ratu Langit" oleh rakyat Babilonia. Dengan berbagai julukan, akhirnya Nimrod dipuja sebagai "Anak Suci dari Sorga". Melalui perjalanan sejarah dan pergantian generasi dari masa ke masa, dari satu bangsa ke bangsa lainnya, penyembahan berhala versi Babilonia ini berubah menjadi Mesiah Palsu yang berupa dewa Baal, anak dewa Matahari. Dalam sistem kepercayaan Babilonia ini, "Ibu dan anak" (Semiramis dan Nimrod yang lahir kembali) menjadi obyek penyembahan. Ajaran penyembahan kepada ibu dan anak ini menyebar luas sampai di luar Babilonia dengan bentuk dan nama yang berbeda-beda, sesuai dengan bahasa negara-negara yang ditempatinya. Di Mesir dewa-dewi itu bernama Isis dan Osiris. Di Asia bernama Cybele dan Deoius. Dalam agama Pagan Roma disebut Fortuna dan Yupiter. Bahkan di Yunani, China, Jepang, Tibet bisa ditemukan adat pemujaan terhadap dewi Madonna, jauh sebelum Yesus lahir!

Sampai pada abad ke-4 dan ke-5 Masehi, ketika dunia pagan (penyembah banyak dewa) Romawi menerima agama baru yang disebut "Kristen," dengan membawa adat dan kepercayaan pagan mereka yang lama. Akibatnya kepercayaan kepada Dewi Madonna, Ibu dan Anak juga menjadi populer, terutama di waktu hari Natal. Di setiap musim Natal kita selalu mendengar lagu-lagu atau hymne: "Silent Night" atau "Holy Night" yang sangat akrab dengan tema pemujaan terhadap Ibu dan Anak.

Kita yang sejak lahir diwarnai oleh alam budaya Babilonia, telah diajarkan untuk mengagungkan dan memuliakan semua tradisi yang berasal dari jaman jahiliyah kuno itu. Kita tidak pernah bertanya untuk mengetahui dari manakah asal usul adat seperti itu - Apakah ia berasal dari ajaran Bible (Alkitab), ataukah ia berasal dari kepercayaan penyembah berhala yang sesat?

Kita terperangah seakan-akan tidak mau menerima kebenaran ini, karena seluruh dunia terlanjur telah melakukannya. Lebih aneh lagi, sebagian besar meremehkan dan mencemooh kebenaran ini. Namun Tuhan telah berfirman kepada para utusannya yang setia:

"Katakan dengan lantang, dan jangan menghiraukan penghinaan mereka! Kumandangkan suaramu seperti terompet! Dan tunjukkan di depan umatKu tentang kesesatan mereka!" Memang kenyataan ini sungguh sangat mengejutkan bagi mereka, meskipun ini adalah fakta sejarah dan berdasarkan kebenaran dari Bibel (Alkitab).

Natal adalah acara ritual yang berasal dari masa Babilonia kuno yang belum mengenal agama yang benar. Tradisi ini diwariskan puluhan abad yang lampau sampai kepada kita.

Di Mesir, ia dipercayai bahwa Dewi Isis (Dewi Langit) melahirkan anaknya yang tunggal pada tanggal 25 Desember. Hampir semua orang-orang penyembah berhala
(paganis) di dunia waktu itu, merayakan ulang tahun (Natal) anak dewi Isis ini jauh sebelum kelahiran Yesus.

Dengan demikian, sudah jelas bagi kita bahwa 25 Desember itu bukanlah hari kelahiran Yesus Kristus. Para murid Yesus dan orang-orang Kristen abad pertama tidak pernah menyelenggarakan Natal, meskipun hanya sekali. Tidak ada ajaran atau pun perintah perayaan Natal di dalam Bibel. Sekali lagi, perayaan Natal atau Christmas itu adalah ulang tahun anak dewa yang dianut oleh para paganis, dan bukan dari ajaran Kristen. Percaya atau tidak, terserah anda!

Upacara ini berasal dari cara-cara pemujaan yang dikenal dengan "Chaldean Mysteries" (Misteri Kaldea) berasal dari ajaran Semiramis, isteri Nimrod. Kemudian adat ini dilestarikan oleh para penyembah berhala secara turun-temurun hingga sekarang dengan wajah baru yang disebut Kristen.


Proses Natal Masuk Ke Gereja


New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge dalam artikelnya yang berjudul "Christmas" menguraikan dengan jelas sebagai berikut:

"How much the date of the festival depended upon the pagan Brumalia (Dec.25) following the Saturnalia (Dec.17-24), and celebrating the shortest day of the year and the 'new sun' can not be accurately determined. The pagan Saturnalia and Brumalia were too deeply entrenched in popular custom to be set aside by Christian influence?The pagan festival with its riot and merrymaking was so popular that Christians were glad of an excuse to continue its celebration with little change in spirit and in manner. Christian preachers of the West and the Near East protested against the unseemly frivolity with which Christ's birthday was celebrated, while Christians of Mesopotamia accused their Western brethren of idolatry and sun worship for adopting as Christian this pagan festival."

(Sungguh banyak tanggal perayaan yang terkait pada kepercayaan kafir Brumalia (25 Desember) sebagai kelanjutan dari perayaan Saturnalia (17-24 Desember), dan perayaan menjelang akhir tahun, serta festival menyambut kelahiran matahari baru. Adat kepercayaan Pagan Brumalia dan Saturnalia yang sudah sangat populer di masyarakat itu diambil Kristen. Perayaan ini dilestarikan oleh Kristen dengan sedikit mengubah jiwa dan tata caranya. Para pendeta Kristen di Barat dan di Timur Dekat menentang perayaan kelahiran Yesus Kristus yang meniru agama berhala ini. Di samping itu Kristen Mesopatamia menuding Kristen Barat telah mengadopsi model penyembahan kepada dewa Matahari).

Perlu diingat! Menjelang abad pertama sampai pada abad keempat Masehi, dunia dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politeisme. Sejak agama Kristen masih kecil sampai berkembang pesat, para pemeluknya dikejar-kejar dan disiksa oleh penguasa Romawi. Setelah Konstantin naik tahta menjadi kaisar, kemudian memeluk agama Kristen pada abad ke-4 M dan menempatkan agama sejajar dengan agama kafir Roma, banyak rakyat yang berbondong-bondong memeluk agama Kristen.

Tetapi karena mereka sudah terbiasa merayakan hari kelahiran dewa-dewanya pada tanggal 25 Desember, mengakibatkan adat tersebut sulit dihilangkan. Perayaan ini adalah pesta-pora dengan penuh kemeriahan, dan sangat disenangi oleh rakyat. Mereka tidak ingin kehilangan hari kegembiraan seperti itu. Oleh karena itu, meskipun sudah memeluk agama Kristen, mereka tetap melestarikan upacara adat itu. Di dalam artikel yang sama, New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge menjelaskan bagaimana kaisar Konstantin tetap merayakan hari "Sunday" sebagai hari kelahiran Dewa Matahari. (Sun = Matahari, Day = Hari - dalam bahasa Indonesia disebut hari Minggu -- pen.) Dan bagaimana pengaruh kepercayaan kafir Manichaeisme yang menyamakan Anak Tuhan (Yesus) identik dengan Matahari, yang kemudian pada abad ke-4 Masehi kepercayaan itu masuk dalam agama Kristen. Sehingga perayaan hari kelahiran Sun-god (Dewa Matahari) yang jatuh pada tanggal 25 Desember, diresmikan menjadi hari kelahiran Son of God (Anak Tuhan - Yesus).

Demikianlah asal usul "Christmas - Natal" yang dilestarikan oleh dunia Barat sampai sekarang. Walaupun namanya diubah menjadi selain Sun-day, Son of God, Christmas dan Natal, pada hakikatnya sama dengan merayakan hari kelahiran dewa Matahari. Sebagai contoh, kita bisa saja menamakan kelinci itu dengan nama singa, tetapi bagaimanapun juga fisiknya tetap kelinci.

Marilah kita kembali membaca Encyclopaedia Britannica yang mengatakan sebagai berikut:

"Certain Latins, as early as 354, may have transferred the birthday from January 6th to December, which was then a Mithraic feas or birthday of the unconquered SUN. The Syrians and Armenians, who clung to January 6th, accused the Romans of sun worship and idolatry, contending that the feast of December 25th, had been invented by disciples of Cerinthus."

"Kemungkinan besar bangsa Latin/Roma sejak tahun 354 M. telah mengganti hari kelahiran dewa Matahari dari tanggal 6 Januari ke 25 Desember, yang merupakan hari kelahiran Anak dewa Mitra atau kelahiran dewa Matahari yang tak terkalahkan. Tindakan ini mengakibatkan orang-orang Kristen Syiria dan Armenia marah-marah. Karena sudah terbiasa merayakan hari kelahiran Yesus pada tanggal 6 Januari, mereka mengecam bahwa perayaan tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Dewa Matahari yang dipercayai oleh bangsa Romawi. Penyusupan ajaran ini ke dalam agama Kristen, dilakukan oleh Cerinthus.

Ingatlah sekali lagi, peringatan Yesus yang berbunyi:

"Percuma mereka beribadah kepadaku, sedangkan ajaran yang mereja ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:9)

Natal atau Christmas adalah tradisi dan ajaran manusia, sedangkan ajaran Tuhan telah melarangnya. Selanjutnya Yesus bersabda lagi:

"Sungguh kamu telah menolak ajaran Tuhan, tetapi kamu mengikuti ajaran tradisimu sendiri."

Alangkah tepat firman-firman Tuhan yang dilontarkan kepada berjuta-juta orang yang melakukan Natal itu. Mereka mengabaikan ajaran Tuhan. Tuhan melarang pemujaan yang meniru adat kaum kafir penyembah berhala, tetapi dengan senang hati kita melanggarnya. Tuhan berfirman:

"Janganlah kamu berbuat demikian terhadap Tuhanmu."

Ternyata hampir semua orang menganggap ringan larangan itu. Atau karena tidak memiliki dasar agama yang kuat, akhirnya mereka mengikuti tradisi kebanyakan orang-orang untuk merayakan Natal.

Jangan salah! Tuhan membiarkan anda untuk berbuat semaunya dan tidak mengikuti petunjukNya. Tuhan membiarkan kita tenggelam dalam keramaian dan mengikuti tradisi orang-orang. Bahkan Dia akan membiarkan kita berlumuran dosa. Tetapi, Tuhan juga telah memerintahkan kita tentang datangnya hari perhitungan atau pembalasan. Jika kamu menanam, niscaya kamu akan memetik hasilnya. Yesus adalah firman Tuhan yang hidup, sedangkan Bibel adalah firman Tuhan yang tertulis. Dan kita akan diadili sesuai dengan ketetapan yang telah digariskan dalam firman tersebut. Kita pun tidak bisa mengelak dan mengabaikannya.

Renungkanlah...

Asal-usul Perayaan Natal


Pastur Herbert W. Armstrong, menulis

Kita mewarisi Natal berasal dari Gereja Katolik Roma, dan gereja itu mendapatkannya dari kepercayaan pagan (kafir) Politeisme, lalu dari manakah agama kafir itu mendapatkan ajaran itu? Dimana, kapan, dan bagaimana bentuk asli ajaran itu?

Bila kita telusuri mulai dari ayat-ayat Bible (Alkitab) sampai pada sejarah kepercayaan bangsa Babilonia kuno, niscaya akan ditemukan bahwa ajaran itu berasal dari kepercayaan berhala yang dianut oleh masyarakat Babilonia di bawah raja Nimrod (Namrud - di masa inilah nabi Ibrahim lahir). Jelasnya, akar kepercayaan ini tumbuh setelah terjadi banjir besar di masa nabi Nuh.

Nimrod, cucu Ham, anak nabi Nuh, adalah pendiri sistem kehidupan masyarakat Babilonia. Sejak itulah terdapat dasar-dasar pemerintahan dan negara, dan sistem ekonomi dengan cara bersaing untuk meraih keuntungan. Nimrod inilah mendirikan menara Babel, membangun kota Babilonia, Nineweh dan kota-kota lainnya. Dia pula yang pertama membangun kerajan di dunia. Nama "Nimrod" dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kata "Marad" yang artinya "dia membangkang atau murtad" (Karena bahasa Ibrani serumpun dengan bahasa Arab, silahkan anda membandingkan kata "Marad" dengan kata Arab "Ridda" atau "murtad". Pen)


Dari catatan-catatan kuno, kita mengetahui perjalanan Nimrod ini, yang mengawali pemurtadan terhadap Tuhan dan menjadi biang manusia pembangkang di dunia sampai saat ini. Jumlah kejahatannya amat banyak, diantaranya, dia mengawini ibu kandungnya sendiri yang bernama Semiramis. Setelah Nimrod meninggal dunia, ibu yang merangkap sebagai istri tersebut menyebarkan ajaran bahwa Roh Nimrod tetap hidup selamanya, walaupun jasadnya telah mati. Dia membuktikan ajarannya dengan adanya pohon Evergreen yang tumbuh dari sebatang kayu yang mati, yang ditafsirkan oleh Semiramis sebagai bukti kehidupan baru bagi Nimrod yang sudah mati. Untuk mengenang hari kelahirannya, Nimrod selalu hadir di pohon evergreen ini dan meninggalkan bingkisan yang digantungkan di ranting-ranting pohon itu. 25 Desember itulah hari kelahiran Nimrod. Dan inilah asal usul pohon Natal.

Melalui pengaruh dan pemujaannya kepada Nimrod, Semiramis dianggap sebagai "Ratu Langit" oleh rakyat Babilonia. Dengan berbagai julukan, akhirnya Nimrod dipuja sebagai "Anak Suci dari Sorga". Melalui perjalanan sejarah dan pergantian generasi dari masa ke masa, dari satu bangsa ke bangsa lainnya, penyembahan berhala versi Babilonia ini berubah menjadi Mesiah Palsu yang berupa dewa Baal, anak dewa Matahari. Dalam sistem kepercayaan Babilonia ini, "Ibu dan anak" (Semiramis dan Nimrod yang lahir kembali) menjadi obyek penyembahan. Ajaran penyembahan kepada ibu dan anak ini menyebar luas sampai di luar Babilonia dengan bentuk dan nama yang berbeda-beda, sesuai dengan bahasa negara-negara yang ditempatinya. Di Mesir dewa-dewi itu bernama Isis dan Osiris. Di Asia bernama Cybele dan Deoius. Dalam agama Pagan Roma disebut Fortuna dan Yupiter. Bahkan di Yunani, China, Jepang, Tibet bisa ditemukan adat pemujaan terhadap dewi Madonna, jauh sebelum Yesus lahir!

Sampai pada abad ke-4 dan ke-5 Masehi, ketika dunia pagan (penyembah banyak dewa) Romawi menerima agama baru yang disebut "Kristen," dengan membawa adat dan kepercayaan pagan mereka yang lama. Akibatnya kepercayaan kepada Dewi Madonna, Ibu dan Anak juga menjadi populer, terutama di waktu hari Natal. Di setiap musim Natal kita selalu mendengar lagu-lagu atau hymne: "Silent Night" atau "Holy Night" yang sangat akrab dengan tema pemujaan terhadap Ibu dan Anak.

Kita yang sejak lahir diwarnai oleh alam budaya Babilonia, telah diajarkan untuk mengagungkan dan memuliakan semua tradisi yang berasal dari jaman jahiliyah kuno itu. Kita tidak pernah bertanya untuk mengetahui dari manakah asal usul adat seperti itu - Apakah ia berasal dari ajaran Bible (Alkitab), ataukah ia berasal dari kepercayaan penyembah berhala yang sesat?

Kita terperangah seakan-akan tidak mau menerima kebenaran ini, karena seluruh dunia terlanjur telah melakukannya. Lebih aneh lagi, sebagian besar meremehkan dan mencemooh kebenaran ini. Namun Tuhan telah berfirman kepada para utusannya yang setia:

"Katakan dengan lantang, dan jangan menghiraukan penghinaan mereka! Kumandangkan suaramu seperti terompet! Dan tunjukkan di depan umatKu tentang kesesatan mereka!" Memang kenyataan ini sungguh sangat mengejutkan bagi mereka, meskipun ini adalah fakta sejarah dan berdasarkan kebenaran dari Bibel (Alkitab).

Natal adalah acara ritual yang berasal dari masa Babilonia kuno yang belum mengenal agama yang benar. Tradisi ini diwariskan puluhan abad yang lampau sampai kepada kita.

Di Mesir, ia dipercayai bahwa Dewi Isis (Dewi Langit) melahirkan anaknya yang tunggal pada tanggal 25 Desember. Hampir semua orang-orang penyembah berhala
(paganis) di dunia waktu itu, merayakan ulang tahun (Natal) anak dewi Isis ini jauh sebelum kelahiran Yesus.

Dengan demikian, sudah jelas bagi kita bahwa 25 Desember itu bukanlah hari kelahiran Yesus Kristus. Para murid Yesus dan orang-orang Kristen abad pertama tidak pernah menyelenggarakan Natal, meskipun hanya sekali. Tidak ada ajaran atau pun perintah perayaan Natal di dalam Bibel. Sekali lagi, perayaan Natal atau Christmas itu adalah ulang tahun anak dewa yang dianut oleh para paganis, dan bukan dari ajaran Kristen. Percaya atau tidak, terserah anda!

Upacara ini berasal dari cara-cara pemujaan yang dikenal dengan "Chaldean Mysteries" (Misteri Kaldea) berasal dari ajaran Semiramis, isteri Nimrod. Kemudian adat ini dilestarikan oleh para penyembah berhala secara turun-temurun hingga sekarang dengan wajah baru yang disebut Kristen.


Proses Natal Masuk Ke Gereja


New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge dalam artikelnya yang berjudul "Christmas" menguraikan dengan jelas sebagai berikut:

"How much the date of the festival depended upon the pagan Brumalia (Dec.25) following the Saturnalia (Dec.17-24), and celebrating the shortest day of the year and the 'new sun' can not be accurately determined. The pagan Saturnalia and Brumalia were too deeply entrenched in popular custom to be set aside by Christian influence?The pagan festival with its riot and merrymaking was so popular that Christians were glad of an excuse to continue its celebration with little change in spirit and in manner. Christian preachers of the West and the Near East protested against the unseemly frivolity with which Christ's birthday was celebrated, while Christians of Mesopotamia accused their Western brethren of idolatry and sun worship for adopting as Christian this pagan festival."

(Sungguh banyak tanggal perayaan yang terkait pada kepercayaan kafir Brumalia (25 Desember) sebagai kelanjutan dari perayaan Saturnalia (17-24 Desember), dan perayaan menjelang akhir tahun, serta festival menyambut kelahiran matahari baru. Adat kepercayaan Pagan Brumalia dan Saturnalia yang sudah sangat populer di masyarakat itu diambil Kristen. Perayaan ini dilestarikan oleh Kristen dengan sedikit mengubah jiwa dan tata caranya. Para pendeta Kristen di Barat dan di Timur Dekat menentang perayaan kelahiran Yesus Kristus yang meniru agama berhala ini. Di samping itu Kristen Mesopatamia menuding Kristen Barat telah mengadopsi model penyembahan kepada dewa Matahari).

Perlu diingat! Menjelang abad pertama sampai pada abad keempat Masehi, dunia dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politeisme. Sejak agama Kristen masih kecil sampai berkembang pesat, para pemeluknya dikejar-kejar dan disiksa oleh penguasa Romawi. Setelah Konstantin naik tahta menjadi kaisar, kemudian memeluk agama Kristen pada abad ke-4 M dan menempatkan agama sejajar dengan agama kafir Roma, banyak rakyat yang berbondong-bondong memeluk agama Kristen.

Tetapi karena mereka sudah terbiasa merayakan hari kelahiran dewa-dewanya pada tanggal 25 Desember, mengakibatkan adat tersebut sulit dihilangkan. Perayaan ini adalah pesta-pora dengan penuh kemeriahan, dan sangat disenangi oleh rakyat. Mereka tidak ingin kehilangan hari kegembiraan seperti itu. Oleh karena itu, meskipun sudah memeluk agama Kristen, mereka tetap melestarikan upacara adat itu. Di dalam artikel yang sama, New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge menjelaskan bagaimana kaisar Konstantin tetap merayakan hari "Sunday" sebagai hari kelahiran Dewa Matahari. (Sun = Matahari, Day = Hari - dalam bahasa Indonesia disebut hari Minggu -- pen.) Dan bagaimana pengaruh kepercayaan kafir Manichaeisme yang menyamakan Anak Tuhan (Yesus) identik dengan Matahari, yang kemudian pada abad ke-4 Masehi kepercayaan itu masuk dalam agama Kristen. Sehingga perayaan hari kelahiran Sun-god (Dewa Matahari) yang jatuh pada tanggal 25 Desember, diresmikan menjadi hari kelahiran Son of God (Anak Tuhan - Yesus).

Demikianlah asal usul "Christmas - Natal" yang dilestarikan oleh dunia Barat sampai sekarang. Walaupun namanya diubah menjadi selain Sun-day, Son of God, Christmas dan Natal, pada hakikatnya sama dengan merayakan hari kelahiran dewa Matahari. Sebagai contoh, kita bisa saja menamakan kelinci itu dengan nama singa, tetapi bagaimanapun juga fisiknya tetap kelinci.

Marilah kita kembali membaca Encyclopaedia Britannica yang mengatakan sebagai berikut:

"Certain Latins, as early as 354, may have transferred the birthday from January 6th to December, which was then a Mithraic feas or birthday of the unconquered SUN. The Syrians and Armenians, who clung to January 6th, accused the Romans of sun worship and idolatry, contending that the feast of December 25th, had been invented by disciples of Cerinthus."

"Kemungkinan besar bangsa Latin/Roma sejak tahun 354 M. telah mengganti hari kelahiran dewa Matahari dari tanggal 6 Januari ke 25 Desember, yang merupakan hari kelahiran Anak dewa Mitra atau kelahiran dewa Matahari yang tak terkalahkan. Tindakan ini mengakibatkan orang-orang Kristen Syiria dan Armenia marah-marah. Karena sudah terbiasa merayakan hari kelahiran Yesus pada tanggal 6 Januari, mereka mengecam bahwa perayaan tanggal 25 Desember itu adalah hari kelahiran Dewa Matahari yang dipercayai oleh bangsa Romawi. Penyusupan ajaran ini ke dalam agama Kristen, dilakukan oleh Cerinthus.

Ingatlah sekali lagi, peringatan Yesus yang berbunyi:

"Percuma mereka beribadah kepadaku, sedangkan ajaran yang mereja ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:9)

Natal atau Christmas adalah tradisi dan ajaran manusia, sedangkan ajaran Tuhan telah melarangnya. Selanjutnya Yesus bersabda lagi:

"Sungguh kamu telah menolak ajaran Tuhan, tetapi kamu mengikuti ajaran tradisimu sendiri."

Alangkah tepat firman-firman Tuhan yang dilontarkan kepada berjuta-juta orang yang melakukan Natal itu. Mereka mengabaikan ajaran Tuhan. Tuhan melarang pemujaan yang meniru adat kaum kafir penyembah berhala, tetapi dengan senang hati kita melanggarnya. Tuhan berfirman:

"Janganlah kamu berbuat demikian terhadap Tuhanmu."

Ternyata hampir semua orang menganggap ringan larangan itu. Atau karena tidak memiliki dasar agama yang kuat, akhirnya mereka mengikuti tradisi kebanyakan orang-orang untuk merayakan Natal.

Jangan salah! Tuhan membiarkan anda untuk berbuat semaunya dan tidak mengikuti petunjukNya. Tuhan membiarkan kita tenggelam dalam keramaian dan mengikuti tradisi orang-orang. Bahkan Dia akan membiarkan kita berlumuran dosa. Tetapi, Tuhan juga telah memerintahkan kita tentang datangnya hari perhitungan atau pembalasan. Jika kamu menanam, niscaya kamu akan memetik hasilnya. Yesus adalah firman Tuhan yang hidup, sedangkan Bibel adalah firman Tuhan yang tertulis. Dan kita akan diadili sesuai dengan ketetapan yang telah digariskan dalam firman tersebut. Kita pun tidak bisa mengelak dan mengabaikannya.

Renungkanlah...