Kamis, 07 Januari 2010

(Mimpikah) IPM Masuk ke Sekolah Negeri?



Oleh. Abdul Rahman Syahputra Batubara


Sudah hampir setengah abad umur Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), sudah banyak juga prestasi yang sudah ditorehnya, dari lingkungan sekolah sampai kelas internasional. IPM telah melahirkan banyak tokoh lokal sampai nasional. Keluarga besar Muhammadiyah tak menyangkal bahwa IPM dan kadernya telah berbuat banyak untuk kaderisasi Muhammadiyah. Saat ini pimpinan teras Muhammadiyah, Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiah dan bahkan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dari lingkaran tingkat kecamatan sampai negara banyak diisi oleh kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Wajar saja kalau Muhammadiyah dan Aisyiyah menaruh perhatian khusus bagi IPM. Banyak yang menaruh harapan kepada IPM.

Sejak berdirinya tahun 1961 IPM bukan tak pernah keluar dari ”sangkarnya” sekolah milik Muhammadiyah. Banyak di beberapa lokasi termasuk Yogyakarta juga IPM pernah hadir dan mewarnai organisasi di sekolah negeri. Kader dari sekolah negeri juga tak bisa dipandang setengah mata. Saat ini saja di Pimpinan teras (tingkat kecamatan sampai nasional) gerakan IPM juga banyak diwarnai oleh kader-kader IPM dari sekolah negeri.


IPM bukanlah organisasi intra sekolah yang anggotanya hanya siswa sekolah tersebut. IPM bukanlah organisasi yang dikontrol oleh almuninya dari luar dan IPM bukanlah organsasi yang memperjuangkan agamanya secara simbolik (islam simbolik). Bukan membenarkan (penyataan banyak orang) kenapa IPM terkesan lambat bergerak. IPM ini besar (bahkan sangat besar), ada perwakilannya dari tingkat sekolah, kelurahan/ desa/ masjid/ musolla sampai nasional. IPM sudah memiliki manajeman dan ritme kerja sendiri, sudah melek data base organisasi dengan kartu anggotanya, sudah tahu akan pentingnya mendekati pers, sudah paham kalau kebijakan sekolahnya dipengaruhi dari kepala dinas yang dikuasai oleh menteri pendidikan nasional, dan sudah sangat paham kalau mereka adalah perpanjangan tangan dakwah Muhammadiyah di sekolah.

Melihat IPM tidak bisa dilihat dari satu sisi saja, IPM ada dimana-mana, tidak hanya ada di Medan, Yogyakarta, Jakarta dan Surabaya, IPM ada diseluruh Indonesia. Dan sangat wajar orang luar tidak tahu banyak apa yang dikerjakan IPM. Satu sisi kadang mangkel juga dengan masukan orang luar ini, apa mereka tidak bisa baca atau mencari berita IPM diseluruh Indonesia di google, banyak sekali blog-nya IPM dari sekolah sampai nasional.

Belum lagi ketika IPM dibandingkan dengan organisasi setingak sekolah misalkan kerohanianm islam (rohis). Wah, jauh sekali perbandingannya, kalau mau adil itu dengan organisasi yang setingkat nasional juga seperti PII, IPNU dan IPPNU. Sangat wajar jika rohis terkesan sangat kreatif, lha wong organisasinya cuma di internal sekolah, yang jumlahnya cuma maksimal 30 orang itupun yang aktif paling cuma 10 orang yang dikontrol oleh alumninya dari luar sekolah. Kegiatannya gampang ditebak, biasanya bersifat hampir sama dengan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) dan beberapa kajian keislaman tentang anti- pacaran, nikah dini, ibadah mahdoh, ukhuwah islamiyah yang patokannya adalah Palestina dan sedikit aksi jalanan kalau ada isu menganai islam. IPM sudah berada diatas kegiatan rohis. IPM sudah melaksanakan bagaimana membela teman sebaya, bagaimana agar pelajar putri tidak dilecehkan, bagaimana agar Islam hadir sebagai rahmat untuk semua, bagaimana intelektual dan budaya membaca diterapkan dari sekolah sampai nasional, bagaimana agar peduli terhadap ketidakadilan di sekolah dan lingkungannya, bagaimana melakukan pendidikan politik bagi pemilih pemula, bagaimana menyikapi isu lokal dan nasional secara proporsional dan bagaimana memanfaatkan moment waktu liburan sabtu minggu dan liburan panjang untuk konsolidasi internal dan kaderisasi dari lingkungan sekolah sampai nasional serta belajar bertanggungjawab terhadap amanah yang sedang diembannya dengan membuat laporan akhir setiap masa akhir periode dan masih banyak lagi sesuai dengan tingkatannya masing-masing sekolah sampai nasional.

IPM (akan) Masuk Sekolah Negeri


Secara resmi sudah pasti IPM sangat sulit masuk ke sekolah negeri karena IPM membawa nama Muhammadiyah yang di dalam sebuah lingkungan sekolah dihuni oleh kelompok Islam yang berasal dari banyak ormas Islam seperti Al-Wasliyah, NU, Tarbiyah, HTI dan orang islam lain yang tidak suka dengan kelompok ormas manapun. Tapi, itu semua adalah tantang tersendiri bagi IPM. Pengalaman saya dan kawan-kawan saat akan memasukkan IPM ke sekolah kami (SMA Negeri 1 Lubukpakam) banyak mengalamai resistensi dari guru sampai kepala sekolah. Bahkan hanya sekedar simbol IPM dalam bentuk pin yang kami pasang di baju kami harus di copot atau disembunyikan jika berapapasan dengan guru dan kepala sekolah yang tidak setuju dengan adanya IPM di sekolah itu. Dan saya yakin pasti pengalaman pembaca lainnya juga beragam.

Tetapi itu semua bisa kita jadikan sebagai motivasi awal, toh kita masih bisa beraktivitas pasca sekolah pulang. Bagaimana memulainya? kita bisa membuat ranting sekolah dengan modal awal 6-10 orang saja di sekolah negeri tersebut. Kemudian kita mendekatkan dan mendaftar diri kita ke Pimpinan diatas kita untuk dibina seperti Pimpinan Cabang dan Daerah setempat. Setelah komunikasi berjalan baik dan kita ikut diundang dan dilibatkan oleh PC dan PD IPM setempat kita mulai memperkenal IPM melalui kegiatan-kegiatan di sekolah, bisa melalaui buletin, majalah dinding, diskusi pelajaran sampai tentang masalah pelajar dan islam.

IPM Cabang dan Daerah juga bisa ikut berkontribusi dengan mengadakan lomba yang sederhana misalkan lomba membuat majalah dinding, futsal, catur dan lainnya yang tidak perlu mengeluarkan biaya besar tapi efeknya luar biasa. Lomba ini melibatkan juga sekolah-sekolah negeri dengan mengundang mereka secara resmi melalui kepala sekolah tapi jangan lupa meminta rekomendasi kepala dinas pendidikan setempat sebagai legitimasi kegiatan IPM yang didukung juga oleh atasannya kepala sekolah yaitu kepala dinas pendidikan. Saat bulan Ramadhan misalnya IPM Cabang dan Daerah menawarkan diri sebagai event organizer di sekolah negeri (jangan lupa disposisi kepala dinas pendidikan untuk mendukung kegiatan kita) tentunya dengan materi yang umum. Dan masih banyak jenis kegiatan lainnya yang bisa kita laksankan untuk masuk ke sekolah negeri. Memang prosesnya tak semudah membalikkan telapak tangan, tapi insya allah 1-2 tahun kemudian jika komunikasi kita lancar dengan stake holder di sekolah tersebut IPM akan diterima di sekolah negeri. Atau bahkan bisa lebih cepat dari itu.......

Selamat Mencoba Kawan...

Sumber: http://ipm.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=119:mimpikah-ipm-masuk-ke-sekolah-negeri&catid=29:artikel&Itemid=58

Tidak ada komentar:

Posting Komentar